Ada Jalan Tol 'Horor' di Selandia Baru, Mitosnya Gara-gara Turis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada Jalan Tol 'Horor' di Selandia Baru, Mitosnya Gara-gara Turis

Rizka Elfira - detikTravel
Rabu, 15 Jul 2020 20:00 WIB
Polisi Lalu Lintas Ditembak di Auckand, Selandia Baru
Foto: Ilustrasi Selandia Baru (Associated Press)
Auckland -

Sering terjadinya kecelakaan di jalan tol Selandia Baru membuat masyarakat bertanya-tanya dan khawatir. Mitosnya karena yang nyetir adalah turis. Namun turis yang kebetulan berkendara di sana juga tak dapat disalahkan.

Sejak lockdown, angka dari pengemudi pendatang di jalanan Selandia Baru sudah hampir mendekati nol, namun kecelakaan masih tetap terjadi. Mengutip NZ Herald, Rabu (15/7/2020) pada bulan April, terdapat sembilan kecelakaan fatal.

Saat Selandia Baru ditutup sampai 27 April - angka kecelakaan turun dengan baik pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi setelah pengemudi boleh nyetir lagi saat lockdown dilonggarkan, angka kecelakaan fatal kembali naik mendekati tahun sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Transportasi Selandia Baru mengatakan, dari yang mereka lihat, angka dari kecelakaan fatal pada bulan Mei tidak separah dengan tiga tahun yang lalu, namun sama dengan 2016.

Pada bulan Juni, juga memiliki angka sama dari kecelakaan fatal seperti 2017 dan 2018, terparah dalam lima tahun terakhir, dan Juli lebih buruk dari tahun sebelumnya, terpisah dari 2017.

ADVERTISEMENT


Akhir pekan lalu juga terjadi kecelakaan yang sangat tragis, kecelakaan ini merenggut lima nyawa dan melukai banyak orang.

Ada mitos mengenai berbagai kecelakaan di jalan tol Selandia Baru, yakni mitos soal kecelakaan sebagai dampak dari turis yang mengemudi di Selandia Baru.

Inspektur Peter McKennie, salah satu polisi lalu lintas membantah mitos ini. Dia mengatakan pengemudi yang berkunjung hanya menyebabkan sedikit dari kecelakaan yang serius di jalanan Selandia Baru, dan kecelakaan yang terjadi pada pengemudi yang berkunjung memiliki alasan yang sama dengan pengemudi lokal.

Faktor-faktor yang termasuk dalam masalah yang fatal dan luka serius ini tetap sama, tidak menggunakan sabuk pengaman dengan benar, mengemudi dengan kecepatan berlebih, mengemudi ketika lelah atau di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan, serta menggunakan ponsel saat mengemudi.

McKennie mengatakan, saat Selandia Baru melakukan lockdown, sekitar 75 persen jalanan terlihat lebih sepi, namun sayangnya pada saat ini masih saja banyak yang harus kehilangan nyawa di jalan.

Kepala Eksekutif Asosiasi Industri Pariwisata, Chris Roberts mengatakan bahwa ini adalah mitos total bahwa pengemudi yang berkunjung harus disalahkan atas kecelakaan di jalan tol. Ia mengatakan sejak 2013, hanya 6 persen dari kecelakaan fatal dan serius yang terjadi di Selandia Baru yang melibatkan pengemudi dengan lisensi luar negeri.

Memang ada beberapa kecelakaan yang melibatkan orang asing. Pada bulan Maret tahun lalu, ada kecelakaan yang dialami oleh turis yang pernah mengalami insiden penembakan di Christchurch, Selandia Baru. Bulan Februari lalu, turis Singapura mengalami kecelakaan karena dia mengemudi di lajur yang salah dan menyebabkan seorang wanita meninggal. Dia diharuskan membayar denda 30.000 dolar Selandia Baru.




(wsw/ddn)

Hide Ads