Pusat Suaka Satwa Elang Jawa, Loji - Bogor menorehkan sejarah, seekor Elang Jawa yang di habitat aslinya pun sulit untuk bereproduksi ternyata bisa menetas dan mendapat perawatan dari kedua orang tuanya.
Bayi Elang Jawa yang baru berusia kurang dari satu bulan itu diberi nama "Parama" oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar. Karena usianya yang masih sangat muda jenis kelamin elang itu belum diketahui.
"Kita menunggu sampai satu-dua minggu karena masa kritisnya, tapi ternyata bisa bertahan. Sudah diberi nama juga oleh Bu Menteri "Parama" kenapa Parama karena kita belum tahu jantan betinanya. Mudah mudahan dengan kelahiran ini menjadi kelahiran-kelahiran berikutnya untuk elang baik di semi wild maupun yang di wild," kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Ditjen KSDAE Indra Exploitasia, di Sukabumi Kamis (16/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arti nama dari Parama dijelaskan Ahmad Munawir, Kepala Balai TNGHS. Ia mengatakan Parama dalam bahasa Indonesia artinya paling unggul.
"Harapan kita adalah kelahiran Parama ini merupakan simbol keunggulan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan khususnya direktorat jenderal KSDAE dan tentunya juga Pusat Suaka Elang Jawa di Loji, simbol keunggulan bagai mana kita melakukan upaya konservasi karena elang jenis ini statusnya tinggal satu tingkat lagi menuju kepunahan," jelas Ahmad.
Berbeda dengan kehidupan alaminya yang terkadang membiarkan telur, sisi romantis Rama (Jantan) dan Dyygta (Betina) pasangan Elang Jawa yang melahirkan telur juga terlihat dalam rekaman CCTV. Mereka bergantian mengerami telur tersebut hingga kemudian menetas.
"Kita pantau terus bagaimana dia mengerami secara alami bergantian antara jantan dan betina banyak pembelajaran kita lihat di situ, Alhamdulillah pada tanggal 7 Juli 2020 menetas secara alami. Perlakuan juga di biarkan secara alami karena kami banyak belajar di situ," lanjut Ahmad menjelaskan.
Ditulis sebelumnya, sebuah momen langka terjadi di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa, Loji - Bogor. Sepasang burung langka-dilindungi yakni Elang Jawa menetaskan telur di pusat suaka yang berada di bawah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Jenis Elang Jawa sendiri diketahui jarang sekali bereproduksi bahkan bertelur, dalam dua tahun burung jenis predator itu hanya satu kali itu pun hanya di alam liat. Kalaupun telur itu menetas, sangat jarang sekali burung tersebut merawat anaknya.
"Terjadi kelahiran merupakan sejarah, karena Elang Jawa ini sangat sulit untuk bereproduksi itu yang pertama dan kedua dia menetas di konsep semi wild. Karena kita tahu dia pasti menetasnya di habitat alam jarang terjadi di eksitu (usaha pelestarian alam yang dilakukan di luar habitat aslinya) jarang terjadi di kebun binatang, atau lokasi semacamnya dan ini merupakan kehamilan alami," kata Indra.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom