Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendukung permintaan masyarakat Suku Baduy untuk membatasi kunjungan wisatawan ke perkampungan Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hari Santosa Sungkari mengunjungi Desa Kanekes pada Sabtu (18/7/2020). Ia mengatakan wisatawan yang hendak berkunjung ke Desa Kanekes atau perkampungan Suku Baduy dalam harus menghormati dan mematuhi aturan adat yang berlaku.
"Kita menganut Sustainable Tourism. Artinya kita menjaga agar (wisatawan) tidak berjibun-jibun yang datang, dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan fisik dan budaya sehingga budaya itu tetap eksis, fisiknya tetap lestari," kata Hari dalam keterangan tertulis, Senin (20/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan tersebut, perwakilan Suku Baduy Uday Suhada mengungkapkan keinginan Suku Baduy untuk mengganti istilah 'Wisata Budaya Baduy' menjadi 'Saba Budaya Baduy' yang sebelumnya telah tertulis dalam Perdes Saba Budaya tahun 2007.
"Saba ini bermakna silaturahmi, saling menghargai dan menghormati antar adat istiadat masing-masing. Di atas itu semua, saling menjaga dan melindungi nilai-nilai yang berkembang dan hidup di masyarakat setempat dan masyarakat yang datang berkunjung," ungkapnya.
Senada dengan Uday, seorang tetua adat Suku Baduy Dalam Ayah Mursid juga meminta agar aturan Saba Budaya Baduy lebih diperjelas dan disosialisasikan dengan optimal.
"Kami berharap (Saba Budaya) diperjelas aturannya. Mana saja rute yang boleh dan tidak boleh dilewati menuju Kampung Baduy, dan apa saja yang boleh dan tidak boleh dikerjakan," katanya.
Mursid juga menginginkan agar didirikan pusat informasi mengenai Suku Baduy di luar perkampungan adat sehingga wisatawan yang ingin mengunjungi Kawasan Adat Baduy bisa mempelajari terlebih dahulu terkait adat istiadat yang ada dan menjelaskan tujuan kedatangannya.
Terkait hal ini, Hari mengatakan pihaknya akan menampung segala aspirasi yang telah disampaikan oleh para perwakilan tetua adat Suku Baduy. Ia juga akan mempertimbangkan rencana pembuatan aplikasi sebagai pusat informasi dan sarana pendaftaran bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Kawasan Adat Suku Baduy.
"Ini bisa berbentuk aplikasi nantinya. Jadi siapa yang datang kapan mau datang kalau sudah melebihi (batas pengunjung) ini akan ada pemberitahuan bahwa kapasitasnya sudah berlebih. Sehingga kita tidak terulang ada ribuan orang yang belum tentu mendatangkan manfaat," tuturnya.
Di sisi lain, Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya menyampaikan dukungan terhadap segala upaya pelestarian budaya Suku Baduy sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Pemda Lebak selama ini terus berkonsolidasi dengan masyarakat Suku Baduy dalam upaya Saba Budaya Baduy.
"Saat ini kami sedang dalam proses penyediaan lahan di dekat perkampungan Baduy untuk dijadikan sebagai information center agar wisatawan lebih mengetahui bagaimana budaya Baduy pada umumnya dan informasi kegiatan Saba Baduy pada khususnya, sebelum masuk ke Perkampungan Baduy," katanya.
Dalam acara tersebut, turut hadir Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Kemenparekraf/Baparekraf Oni Yulfian, Kapolres Lebak AKBP Firman Andreanto, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin, Kepala Desa Kanekes Jaro Saija, serta sejumlah tetua adat Suku Baduy Luar dan Baduy Dalam. Di akhir acara, Kemenparekraf menyerahkan bantuan secara simbolis berupa masker dan hand sanitizer bagi Suku Baduy.
(akn/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!