Sebanyak 46 turis asal Nikaragua terjebak di Guatemala selama 4 bulan. Sebabnya negara-negara menutup perbatasan untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Pandemi Corona mengharuskan adanya pembatasan akses keluar dan masuk di sejumlah negara. Hal ini membuat warga Nikaragua terdampar di Guatemala.
Namun setelah penantian sekitar empat bulan menetap di Guatemala, akhirnya mereka menerima persetujuan dari Honduras untuk melintasi wilayahnya agar dapat kembali ke negara asal mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari AP, Rabu (21/7/2020) banyak negara di Amerika Tengah menutup pembatasan mereka di bulan Maret demi membendung penyebaran COVID-19. Warga Nikaragua yang terdampar merupakan pelajar dan pekerja di Guatemala.
Mereka sebenarnya ingin kembali ke asalnya, namun terpaksa harus tertahan di perbatasan Guatemala-Honduras di Corinto. Selama seminggu, sekitar 33 warga Nikaragua terpaksa tidur di luar pada perbatasan sembari menunggu izin untuk memasuki Honduras, yang terletak di antara Guatemala dan Nikaragua.
Bahkan atlet judo asal Nikaragua, Sayra Laguna, ikut terkena dampak dari pandemi ini yang mengakibatkannya harus tertahan di Guatemala.
"Akhirnya mereka diizinkan untuk menyeberang," katanya.
Namun, diketahui saat mereka diizinkan untuk menyeberang dan melakukan pengujian awal untuk virus Corona, terdapat sambilan dari warga Nikaragua yang positif terkena COVID-19 dan langsung dibawa untuk ditindak lanjuti.
Meski demikian, diketahui bahwa warga Nikaragua belum mendapatkan bantuan apapun dari otoritas Nikaragua dalam upaya bantuan untuk mereka pulang.
"Mungkin karena Ia membentangkan spanduk pada upacara penghargaan pada tahun 2018 yang merujuk pada protes tahun itu terhadap pemerintah Nikaragua," atlet judo tersebut menambahkan.
Diketahui sejak April 2018, ekonomi Nikaragua hancur akibat hampir lima bulan kerusuhan yang terjadi di sana. Kerusuhan ini dipicu oleh pemotongan tunjangan jaminan sosial yang dengan cepat berkembang menjadi seruan agar Presiden Daniel Ortega mundur dan memungkinkan adanya pemilihan awal.
Setidaknya 325 orang tewas dalam protes itu, menurut Komisi Hak Asasi Manusia Antar Amerika. Ini dapat menjadi alasan mengapa hingga saat ini belum ada bantuan langsung dari pihak otoritas Nikaragua terhadap warganya yang terdampar.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!