Fenomena embun es di dataran tinggi Dieng bak dua sisi mata uang. Di satu sisi embun es jadi daya tarik wisatawan, di sisi lain jadi ancaman bagi petani.
Kepala Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara Slamet Budiono menjelaskan fenomena ini selalu terjadi pada saat musim kemarau. Ia tidak memungkiri, adanya embun es di Dieng bisa menjadi saya tarik bagi wisatawan.
"Banyak wisatawan yang ke Dieng karena penasaran dengan embun es. Terutama saat musim kemarau. Karena bisanya embun es ini ada saat musim kemarau," ujarnya saat dihubungi detikcom, Selasa (28/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, fenomena alam ini juga menjadi ancaman bagi petani. Pasalnya, saat daun kentang membeku akibat terkena embun es akan layu saat matahari terbit.
"Kalau daunnya sampai kena embun es, nanti layu kemudian bisa mati. Makanya, warga di sini menyebut embun es ini dengan istilah embun upas atau bun upas. Yang artinya embun beracun," jelasnya.
![]() |
Beruntung, embun es yang terjadi di tahun 2020 ini belum berdampak hingga ke lahan pertanian warga. Sampai saat ini, embun es baru terjadi di sekitar obyek wisata komplek Candi Arjuna.
"Sampai saat ini embun es belum sampai lahan kentang warga. Tetapi, beberapa petani sudah menyiapkan antisipasinya. Yakni di atas dipasang plastik atau jaring. Sehingga embun tidak langsung menempel di daun kentang," terang pria yang juga petani kentang tersebut.
Menurutnya, berkaca pada tahun sebelumnya embun es masih bisa terjadi hingga Bulan September mendatang. Sehingga antisipasi petani terkait ancaman embun es ini harus dilakukan. "Kalau kemarau panjang bisa sampai Bulan September. Jadi petani memang harus bersiap-siap," tuturnya.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!