Kebijakan pemerintah menggandeng artis yang juga influencer untuk mengkampanyekan new normal dinilai perlu dilengkapi dengan peran tokoh agama untuk menjangkau kalangan masyarakat kelas atas sampai bawah.
Sejumlah destinasi wisata sudah mulai dibuka kembali meskipun pandemi Corona masih berlangsung. Supaya tak terbentuk klaster baru, masyarakat perlu diingatkan mengenai pentingnya menjalankan protokol kesehatan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Megandaru Kawuryan menyarankan agar pemerintah saat ini fokus pada komunikasi krisis. Artinya, pemerintah harus mampu mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat, bukan hanya sekadar mewajibkan penggunaan masker, jaga jarak, dan mencuci tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah tak cukup hanya mengajak influencer yang selama ini dinilai hanya menjangkau sebagian masyarakat Indonesia.
"Selama ini pemerintah fokusnya pada komunikasi di (kalangan) atas bukan di grassroot. Yang dilakukan Pak Jokowi sangat bagus sekali mengundang influencer artis seperti Raffi Ahmad dan sebagainya ke istana untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Cuma masalahnya ini kan teman-teman influencer mereka adalah generasi milenial yang aktif di twitter, facebook, dan lainnya. Itu kan biasanya nongkrong di mal atau coffee shop yang bisa diatur," kata Megandaru dalam sebuah webinar.
"Mungkin juga perlu, kalau saya melihatnya kita harus komunikasinya itu untuk mengubah perilaku dan gaya hidup. Jadi tidak hanya just to inform (hanya menginformasikan) tapi to change the habit (merubah kebiasaan)," ia melanjutkan.
Megandaru mengusulkan agar pemerintah juga mengajak tokoh agama dalam kampanye tersebut. Tokoh agama dinilai mampu menjangkau masyarakat sampai kelas bawah dengan gaya komunikasi yang lebih mudah dimengerti.
"Selain dengan influencer tadi, di tingkat bawah bisa bersama MUI, atau NU atau teman-teman di gereja untuk menjadi komunikator," ujarnya.
"Para kyai, pastur, gus, ustad itu jelas ketika mengkomunikasikan pada publik itu dengan bahasa yang lebih mudah," kata Megandaru.
Baginya, sangat mungkin mengkondisikan masyarakat Indonesia untuk merubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru yang sesuai protokol kesehatan. Sebab dalam sejarah terdapat sejumlah kebijakan pemerintah yang sukses dilaksanakan.
"Kita berkali-kali sukses untuk merubah perilaku dan gaya hidup di Indonesia. Misalnya zaman dulu ada masalah KB itu sukses juga. Terus merubah perilaku kita berkendara, menjadi menggunakan helm, itu sukses juga. Komunikasi menggunakan safety belt, sukses juga," ia mencontohkan.
Selain tokoh agama sebagai komunikator, Megandaru menyarankan pemerintah membuat strategi komunikasi bersama universitas atau pihak eksternal seperti agensi public relation atau advertising untuk membangun komunikasi krisis tersebut. Jika komunikasi sudah merata, sektor pariwisata juga dapat segera bangkit sebab masyarakat punya kesadaran pada pola hidup baru ini.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol