Pandemi corona tak hanya berdampak pada sektor pariwisata, tapi juga untuk para pilot. Dalam hal ini soal jam terbang yang berkurang.
Di awal pandemi sekitar bulan Maret silam, dunia penerbangan bisa dibilang tak kalah terpukul. Tak sedikit pesawat yang harus parkir di hanggar dan berdampak juga pada pilot yang berada di balik kemudinya.
detikTravel pun mewawancarai PIC sekaligus kapten 737800NG Garuda Indonesia, Ahmad Gunawan dan First Officer (FO) Alan Darmasaputra dalam sebuah sesi wawancara eksklusif beberapa waktu lalu di Hanggar 2 PT GMF.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk informasi, kapten Ahmad telah masuk ke Garuda Indonesia sebagai pilot sejak tahun 1994. Di mana sekarang ia menjabat sebagai PIC atau Kapten di Boeing 737800.
Sedangkan untuk Alan yang berpangkat FO, ia pertama kali bergabung dengan Garuda Indonesia sejak tahun 2013 silam. Sudah sekitar 6 tahun ia bekerja di maskapai plat merah tersebut.
![]() |
Di tengah pandemi ini, keduanya berbagi cerita soal profesi mereka yang ikut terdampak COVID-19. Khususnya terkait jam terbang.
"Sejak ada Perpu yang semua moda transpotasi tak diizinkan beroperasi, kami pun kena dampaknya untuk tidak melaksanakan tugas seperti biasanya. Kalau saya karena kebetulan di kantor di struktural, nyaris sampai saat ini belum terbang di lapangan lagi semenjak pandemi," ujar kapten Ahmad.
Berbeda dengan kapten Ahmad yang berada di posisi struktural, FO Alan yang lebih aktif sebagai pilot sempat merasakan masa-masa kosong di awal pandemi.
"Setelah pandemi ini saya tak terbang 20 hari pada bulan April, tepatnya pada awal pandemi. Setelah itu sebulan sekali ada penerbangan yang saya lakukan untuk bertugas," pungkas Alan.
Dirasakan oleh Alan, pengurangan jam terbang begitu terasa sebagai dampak pandemi. Biasanya sebelum pandemi, Alan bisa terbang 80 jam setiap bulan. Hanya setelah pandemi, Alan hanya terbang 20-30 jam setiap bulan.
Selain jam terbang yang berkurang, pandemi corona juga mengubah dunia penerbangan yang para pilot kenal. Kini, perlu lebih banyak persiapan baik fisik mau pun mental.
"Secara mental kita harus mempersiapkan apakah siap melakukan tugas saat pandemi ini dan secara fisik pada saat sebelum pandemi. Mungkin flu sedikit bisa dipaksakan buat terbang, tapi saat pandemi ini mungkin kekhawatiran buat reaktif saat rapid tes jadi pertimbangan juga," ujar Kapten Ahmad.
Terbang di masa adaptasi kebiasaan baru seperti sekarang memang sarat dengan protokol keamanan yang dibuat demi kenyamanan maskapai dan penumpang. Efeknya pun dirasakan oleh semua orang di dalamnya, tak terkecuali profesi pilot.
Lihat videonya di bawah ini:
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!