Hajat Laut Pangandaran Tetap Digelar Meriah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hajat Laut Pangandaran Tetap Digelar Meriah

Faizal Amiruddin - detikTravel
Jumat, 11 Sep 2020 14:35 WIB
Hajat Laut Pangandaran
Hajat Laut Pangandaran (Foto: Faizal Amiruddin/detikcom)
Pangandaran -

Masyarakat pesisir Pangandaran menggelar tradisi hajat laut di Pantai Barat Pangandaran. Kegiatan budaya ini diisi oleh berbagai ritual atau prosesi budaya yang cukup menarik.

Kondisi pandemi Corona membuat acara hajat laut kali ini tak semeriah tahun sebelumnya. Namun suasana khidmat tetap terasa, Jumat (11/9/2020).

Acara hajat laut di Pangandaran digelar bertepatan dengan hari Jumat kliwon di bulan Muharam. Acara diawali dengan membuat dongdang atau jampana, semacam pikulan yang berisi makanan sesajen dan kepala kambing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dongdang disiapkan sehari sebelumnya, lalu pada waktu petang atau sareupna digelar ijab dongdang. Sebuah ritual serah terima yang dilakukan oleh sesepuh adat. Kemudian dongdang dijaga semalam suntuk atau dikemitan. Sebelum akhirnya pada pagi hari dilarung ke laut.

"Biasanya dongdang diarak dulu keliling pantai, namun karena masih pandemi Corona, dari pondok seni dongdang langsung dibawa ke pantai dan dilarung," kata koordinator acara hajat laut pantai barat Pangandaran Edi Rusmiadi.

ADVERTISEMENT

Sesaat sebelum dilarung, dongdang disimpan dulu di bibir pantai. Lalu ketuk tilu ditabuh dan semua menari mengelilingi dongdang.

Hajat Laut PangandaranHajat Laut Pangandaran (Foto: Faizal Amiruddin/detikcom)

"Prosesi ini sarat makna atau siloka, misalnya kepala kambing yang dilarung. Itu adalah simbol bagaimana kita harus membuang sifat keras kepala atau kepala batu. Jadi bukan sekedar sesajen yang dibuang ke laut, tapi ada siloka-siloka, ada filosofinya," kat Edi.

Setelah sesajen Hajat Laut Pangandaran dilarung, kemudian digelar doa bersama. Masyarakat membawa nasi tumpeng dan makanan ditaruh di tengah, semua duduk melingkar lalu memanjatkan doa.

Usai berdoa semua makan bersama, balakecrakan, warga saling mencicipi makanan yang dibawa. Semua larut dalam keakraban dan kebersamaan.

"Makan bersama ini namanya cucurak. Saling mencicipi, terjadi silaturahmi," kata Edi.

Hajat Laut PangandaranHajat Laut Pangandaran (Foto: Faizal Amiruddin/detikcom)

Di akhir acara musik ketuk tilu kembali dimainkan. Penari ronggeng beraksi diikuti oleh semua yang hadir. Tarian ronggeng gunung yang menjadi seni khas Pangandaran menjadi penutup yang mantap.

Karena jenis tarian massal ini sanggup membuat semua yang hadir ikut menari mengikuti irama ketuk tilu dan lengkingan vokal sinden. Puluhan wisatawan yang semula jadi penonton tak sedikit yang mencoba ikut menari ronggeng.

"Seru juga tari ronggeng, lumayan susah ikuti gerakannya. Tapi karena ronggengnya cantik-cantik jadi semangat belajar gerakannya," kata Zaki wisatawan asal Bandung yang datang untuk melihat Hajat Laut Pangandaran.




(msl/msl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads