Singapura mendorong industri pariwisata untuk beralih ke virtual. Mereka sadar, mendatangkan wisatawan ke negaranya bukan keputusan terbaik kala pandemi.
Dilansir Channel News Asia, sejak akhir Maret, perbatasan Singapura tertutup bagi wisatawan. Hal ini berdampak signifikan pada jumlah kunjungan wisatawan.
Pada Juni, Singapura hanya menerima kunjungan 2.170 wisatawan. Jumlahnya jauh berbeda dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 1,55 juta orang. Penurunan ini mencapai 99,9 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pariwisata merupakan sektor terparah yang terdampak pandemi Corona. Dengan penutupan perbatasan dan berbagai larangan yang diberlakukan hampir seluruh negara, banyak atraksi wisata yang merugi.
"Sekalipun kita mendorong konsumen lokal ke pasar, kenyataannya hanya ada 5,5 juta orang di Singapura. Kami memiliki 19,1 juta pengunjung tahun lalu. Ini celah yang sangat besar,"kata Kepala Petugas Teknologi di Singapore Tourism Board (STB) Quek Choon.
"Kami menyadari bahwa tidak akan (mungkin) menutupi keseluruhan pendapatan yang hilang dari pengunjung internasional. Tetapi apa yang dapat dilakukan bisnis pariwisata kemudian memikirkan model bisnis baru, pengalaman dan layanan baru,"ia menambahkan.
![]() |
Baca juga: Hanya Bisa Melepas Rindu Singapura dari Foto |
Agar bisnis wisata ini tetap eksis, Singapura mencari jalan lain dengan memanfaatkan teknologi untuk menggaet wisatawan tanpa perlu datang ke negara mereka. Sejumlah perusahaan harus beradaptasi dengan cepat menyesuaikan bisnis model baru tersebut.
Saat ini STB sedang bekerja sama dengan perusahaan teknologi Adobe untuk membantu bisnis dan atraksi wisata melakukan tranformasi digital. Langkah ini termasuk memberi mereka bantuan untuk menciptakan pengalaman dan aktivitas virtual dan menggunakan analitik data untuk menciptakan pengalaman yang telah dipesan terlebih dahulu.
STB menyebut program ini sebagai One Singapore Experience yang ditujukan untuk memberikan pengalaman yang berkesan dan terasa personal bagi mereka yang mengunjungi Singapura.
"Hal yang cerdas adalah mengambil data, ketika orang-orang terlibat dengan konten itu, dan menggunakannya untuk memahami apa yang berhasil, apa yang gagal, dan bagaimana kamu dapat meningkatkan pengiriman konten itu kepada orang yang sama dengan cara yang berbeda atau belajar dari grup yang membentuk konten tertentu dan memperkuatnya sehingga kamu bisa mendapatkan keuntungan lebih baik darinya," kata Direktur Pelaksana Adobe di Asia Tenggara, Simon Dale.
"Ini adalah kombinasi dari mendapatkan konten yang benar tetapi juga menyampaikan dan terlibat dengan konten tersebut dengan cara yang benar," ujarnya.
![]() |
Salah satu organisasi yang mendukung rencana ini adalah Wildlife Reserves Singapore yang mengelola Jurong Bird Park, Night Safari, River Safari, dan Singapore Zoo. Selama pandemi, mereka telah meluncurkan berbagai pengalaman virtual yang disebut Hello From The Wild Side.
Menurut wakil CEO Wildlife Reserves Singapore (WRS), Cheng Wen Haur, tanggapan dari masyarakat sangat positif sehingga kebun binatang akan melanjutkan program virtual tersebut, meskipun telah diizinkan untuk dibuka kembali pada bulan Juli.
Selain wisata virtual, WRS juga menyelenggarakan program yang terinspirasi oleh belajar di rumah. Karena sekolah harus membatalkan kunjungan ke kebun binatang, akhirnya kebun binatang yang datang kepada siswa bersama dengan hewan-hewan di sana.
WRS rencananya juga akan memberikan layanan itu ke luar Singapura, seperti India dan China. Menurut ahli, langkah ini sangat baik karena wisata virtual dapat menjangkau kelompok yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi negara tertentu.
Perusahaan lain yang juga berinovasi dengan memberikan wisata virtual adalah Zouk. Dengan ditutupnya hiburan malam, Zouk mengalihkan penampilan DJ secara online melalui program yang disebut cloud clubbing.
Seiring berkembangnya acara tersebut, CEO Zouk Group Andrew Li menambahkan layanan yang diberikan yang mencakup sesi wawancara dengan DJ, sesi kebugaran dan yoga, serta kelas membuat koktail. Namun ketika ditanya apakah wisata virtual ini dapat menutup kerugian pendapatan dari pandemi, ia mengatakan masih terlalu dini menilainya. Yang jelas, bisnis digital ini berpotensi untuk menggaet banyak pengunjung baru dan memperluas penawaran dan identitas.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025