Beginilah Pelaksanaan Festival Lima Gunung Saat Pandemi Covid-19

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Beginilah Pelaksanaan Festival Lima Gunung Saat Pandemi Covid-19

Eko Susanto - detikTravel
Rabu, 30 Sep 2020 22:20 WIB
Magelang -

Festival Lima Gunung (FLG) ke-19 di masa pandemi COVID-19 dilakukan dengan cara yang berbeda. Salah satunya, festival kali ini dilangsungkan secara virtual.

Dalam FLG pada tahun-tahun sebelumnya dilangsungkan selama 3 hari. Kemudian yang mengisi acara dari berbagai kelompok seni.

Mereka adalah seniman Komunitas Lima Gunung yang meliputi Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing dan perbukitan Menoreh, kemudian dari berbagai kota hingga internasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembaruan kedua pelaksanaan Festival Lima Gunung ke-19 dari segi waktu bukan hanya tiga hari saja. Namun, FLG hingga saat ini sudah digelar hingga episode yang ke-6.

Pada FLG ke-19 episode pertama dilangsungkan di Krandegan, Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, tepatnya berada di lereng Gunung Sumbing. Kemudian, kedua di Yogyakarta, ketiga di Pati dan episode keempat di Studio Mendut.

ADVERTISEMENT

Berikutnya, episode yang kelima di Candi Lumbung, Kecamatan Sawangan. Dan hari ini, episode keenam dilangsungkan di Studio Mendut.

"Jadi dari keterbatasan itu malah kita menemukan sesuatu yang baru. Waktu dulu itu sebelum ada pandemi memang kita batasi cuman tiga hari, tapi sekarang malah justru beberapa hari mungkin bahkan sampai akhir tahun," kata Riyadi, salah satu pimpinan utama Komunitas Lima Gunung saat ditemui di Studio Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (30/9/2020).

"Kita akan melaksanakan festival tersebut. Ini juga bagian dari kreativitas dari teman-teman khususnya Komunitas Lima Gunung, bagaimana menyikapi pandemi ini kita tetap berjalan terus, tapi menyesuaikan apa yang namanya protokol kesehatan," imbuh dia.

Festival Lima GunungFestival Lima Gunung 2020 (Foto: Eko Susanto/detikcom)

Pandemi COVID-19 menjadi cambuk bagi Komunitas Lima Gunung dan harus punya cara-cara menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Kemudian, pada saat pandemi, Festival Lima Gunung tidak membutuhkan sound system yang mewah, tidak membutuhkan penonton yang banyak.

"Justru dengan adanya COVID-19 ini, kita dalam melaksanakan festival tidak terlalu mbentoyong. Istilahnya bisa dilaksanakan dengan personil yang terbatas, tapi tetap kita punya nilai yaitu pesan kepada masyarakat banyak tentang protokol kesehatan," kata dia.

"Jadi, hal-hal seperti itu malah justru ada nilai positifnya untuk selalu berkreativitas," imbuh Riyadi yang juga pemimpin Padepokan Warga Budaya Gejayan, Kecamatan Pakis, tepatnya di lereng Merbabu, itu.

Festival Lima GunungFestival Lima Gunung 2020 (Foto: Eko Susanto/detikcom)

Komunitas Lima Gunung juga pernah melakukan saat terjadi tsunami Aceh. Saat itu, dari Komunitas Lima Gunung hadir untuk menghibur warga masyarakat, kemudian saat terjadi gempa bumi di Yogya dan saat terjadi erupsi Merapi.

"Berbicara kegiatan dari Komunitas Lima Gunung, memang istilahnya kegiatan selama pandemi sudah 30 kali. Kalau berbicara kesenian Lima Gunung ya hanya ngono-ngono kae. Tetapi kok kebetulan, nasib kita terlibat terus dalam pas momen-momen bencana. Ini kan bagian dengan bencana yang bukan teritori cuman lokal, tapi bencana dunia. Termasuk juga kita terlibat waktu tsunami Aceh juga ke sana. Waktu, ke erupsi Merapi, gempa bumi di Jogja, terus erupsi lahar dingin menghibur masyarakat yang pengungsi," tuturnya.

Dalam FLG tadi, Presiden Komunitas Lima Gunung, Sutanto Mendut menjadi salah satu pembicara dalam stadium general Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman secara virtual. Selain menyampaikan mengenai Komunitas Lima Gunung, juga dilakukan pementasan kolaborasi seniman dari Ki Ageng Qithmir, Pati dengan seniman Komunitas Lima Gunung.

(msl/msl)

Hide Ads