Vaksin COVID yang menggunakan minyak ikan hiu membuat kita jadi kepikiran. Ada 250.000 ekor hiu yang harus jadi tumbal untuk satu vaksin COVID-19, bagaimana kalau hiu punah?
Mengutip Shark Allies, sebuah kelompok yang berbasis di California, sekitar 250 ribu hiu akan dibunuh apabila populasi dunia menerima satu dosis vaksin COVID-19 yang mengandung minyak hati hiu. Jika dua dosis vaksin diperlukan populasi global, yang menurut para peneliti, ini akan meningkat menjadi setengah juta.
Itu pun tidak semua hiu menghasilkan Squalene, zat dalam minyak hati yang digunakan dalam pembuatan vaksin. Mari berandai-andai, kalau memang wacana tersebut dilaksanakan bisa-bisa populasi hiu bisa punah. Lantas kalau hiu punah, apa yang terjadi pada laut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hiu adalah predator puncak, jika punah jelas akan berpengaruh terhadap populasi beberapa kelompok ikan predator yg berada di bawahnya," kata peneliti hiu dan pari Badan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Dharmadi.
Baca juga: Hiu dan Mitos Bernilai Jutaan Rupiah |
Ini akan menurunkan populasi kelompok ikan yang bernilai ekonomis. Sementara nilai ekonomis ikan akan berpengaruh pada pendapatan pendapatan nelayan.
Musnahnya hiu secara nasional akan berdampak negatif terhadap ekonomi. Ada kemungkinan juga laut tetap bisa menghasilkan hanya sesuai harapan.
"Jadi punahnya hiu akan mengacaukan sistem rantai makanannya Di laut," tambah Dharmadi.
Bicara soal musnah, Indonesia sendiri punya satu jenis yang sudah terancam punah, yaitu glyphis sp atau hiu air tawar yang tinggal di sungai. Sementara jenis lain sudah masuk dalam imbauan terancam langka atau critically endanger.
"Meski langka tapi belum ada pelarangan tangkap, kecuali whale shark yang sudah mendapat perlindungan penuh," tambahnya.
Pendataan hiu terakhir di Indonesia sendiri terakhir dilakukan tahun 2016 namun belum berdasarkan species. Pendataan dilakukan oleh Direktorat General Perikanan-KKP (DJPT).
(bnl/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?