TRAVEL NEWS
British Airways: Kami Takkan Bertahan Kalau Tak Ada Tes COVID di Bandara

Maskapai British Airways mengeluarkan peringatan bahwa mereka tak akan mampu bertahan melewati pandemi virus Corona, bila penumpang tidak dites COVID di bandara. Inggris saat ini memang mewajibkan karantina selama 14 hari buat pengunjung termasuk dari Indonesia. Aturan karantina ini yang membuat traveler enggan datang dan terbang.
CEO British Airways, Alex Cruz memperingatkan pemerintah Inggris, bahwa mereka bisa saja tidak akan mampu bertahan melewati pandemi bila pemerintah tidak melakukan tes COVID untuk para penumpang di bandara.
Alex menuangkan keresahannya lewat sebuah tulisan yang dimuat oleh media The Telegraph Inggris. Dalam tulisannya itu, Alex meminta agar pemerintah Inggris membantu British Airways melewati masa pandemi ini.
"British Airways bisa bertahan, tapi jika pemerintah bekerja bersama kita, bukan bekerja melawan kita," kata Alex seperti dikutip detikTravel, Selasa (6/10/2020).
Sampai saat ini, British Airways hanya mengoperasikan 5% dari total jadwal penerbangan mereka di bulan Maret, April dan Mei. Sampai sekarang, peningkatannya cuma di angka 30%.
"Bandara yang jadi rumah kami, Heathrow sudah menyiapkan booth untuk tes, tapi tim mereka hanya berdiri menunggu, sementara pemerintah Inggris menduduki tangannya sendiri. 30 Negara lain sudah mengenalkan tes di bandara untuk menyelesaikan masalah, kenapa kita tidak?" keluh Alex.
British Airways sendiri sudah memperingatkan adanya ancaman PHK terhadap 12 ribu orang karyawan mereka. Belum lagi 2.000 orang terancam kehilangan pekerjaan dari firma katering yang menyuplai kebutuhan mereka.
"Saya sudah melakukan semuanya dengan kekuasaan yang saya miliki untuk membuat British Airways tetap terbang. Semuanya juga melakukan hal yang sama. Tapi kita tetap butuh bantuan," imbuh Alex.
Sementara itu, mantan Perdana Menteri Inggris Theresa May juga menyuarakan hal yang sama. Theresa meminta Perdana Menteri Inggris yang sekarang, Boris Johnson untuk mengadakan rapid tes COVID di bandara.
Namun sepertinya Boris Johnson bertahan pada keputusannya. Boris bahkan menyebut hanya ada 7% kasus positif yang terungkap dari proses screening di terminal kedatangan penumpang.
"93% kamu bisa menghadapi alarm keamanan palsu, ketika kamu datang dan dites. Maka dari itu, sistem karantina yang kita miliki adalah bagian penting dari alat-alat kita untuk melawan COVID-19," pungkas Boris beberapa waktu lalu.
Simak Video "Cetak Sejarah! Arab Saudi Beli 121 Pesawat Boeing-787 "
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/ddn)