Auckland -
Per hari Rabu malam besok (7/10), Selandia Baru resmi mencabut pembatasan terkait COVID-19. Keberhasilan negara yang luasnya 2 kali Pulau Jawa ini bisa jadi pelajaran.
Hal itu diungkapkan oleh sang Perdana Menteri, Jacinda Ardern seperti dilihat detikTravel dari NZ Herald, Selasa (6/10/2020).
"Tingkat kewaspadaan Auckland berubah per 11.59 malam waktu setempat, Rabu, 7 Oktober. Auckland akan bergabung dengan daerah lainnya di Selandia Baru ke level 1," bunyi pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pernyataan tersebut, Auckland yang merupakan cluster terakhir di Selandia Baru resmi bergabung dengan kota lainnya di Negeri Kiwi di level 1. Pada level tersebut, segala kegiatan berkumpul kembali diperbolehkan tanpa perlu social distancing atau memakai masker di moda transportasi publik.
Peran sang Perdana Menteri serta masyarakatnya
Keberhasilan Selandia Baru menahan laju COVID-19 yang sangat signifikan tak lepas dari peran vital Jacinda Ardern selaku pemimpin Negeri Kiwi. Namun, komando Ardern saja tentu tak akan berhasil jika tak dibarengi peran serta masyarakatnya.
"Ini adalah pengujian dari rencana kami. Masyarakat Selandia Baru merespons dengan baik," ujarnya.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern (kanan) saat mengunjungi masyarakatnya (Photo by Dom Thomas/Radio NZ - Pool/Getty Images) |
Untuk mengatasi COVID-19, Jacinda memang memberlakukan lockdown selama beberapa waktu yang berhasil diikuti masyarakatnya dengan baik. Dua kali Selandia Baru melakukan lockdown, dua kali juga Selandia Baru yang memiliki populasi 5 juta orang ini berhasil menaklukkan COVID-19.
"Tim kami yang terdiri dari 5 juta orang, sedikit banyak kelelahan kali ini. Kami melakukan apa yang tim nasional kami lakukan: Kami mendinginkan kepala kami dan menjalankan apa yang harus dilakukan," ujar Jacinda yang sempat mengaku sedikit berdansa saking lega saat negaranya berhasil mengalahkan COVID pertama kali pada bulan Juni lalu.
"Rencana kami sederhana, menghentikan wabah dengan diam di rumah dan mengurangi kontak. Semua usaha non esensial harus tutup, semua bar, restoran, kafe, sinema, kolam renang, tempat bermain," ujar Jacinda.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun sering memuji langkah-langkah yang dilakukan Selandia Baru. "Selandia Baru bereaksi dengan cepat dan mengikuti pedoman WHO dalam menjaga jarak fisik, komunikasi, pengetesan, isolasi dan merawat pasien, serta contact tracing," tulis WHO.
Selanjutnya: Kebijakan Selandia Baru Sering Disebut Berlebihan
Kebijakan Selandia Baru Sering Disebut Berlebihan Namun Sukses Turunkan Kasus
Sebagai buntut dari lockdown, Selandia Baru memang begitu ketat menerapkan pembatasan. Selama beberapa bulan terakhir, sejumlah sektor seperti seni, retail, rumah sakit dan pariwisata harus berjuang mati-matian. Langkah Selandia Baru itu sering disebut-sebut kritikus sebagai langkah yang berlebihan atau overreacting.
"Apa kami berlebihan? Beberapa orang mengatakan kami berlebihan (menangani Corona). Apalagi saat ilmuwan berkata tutup perbatasan dan kunci negara. Itu skenario yang cukup sulit untuk dibenarkan," ujar Dr Juliet Gerrard, Kepala Penasihat Ilmiah untuk PM Selandia Baru seperti dikutip dari akun Twitter WHO.
Selandia Baru tercatat mendapatkan kasus Corona pertama kali pada 28 Februari dan pada 25 Maret memberlakukan lockdown pertama. Kasus COVID-19 kembali melonjak di sana saat wabah Auckland terdeteksi pada Agustus, menjadi klaster Corona terbesar di Selandia Baru dengan 179 kasus.
Hal ini mendorong Ardern untuk memperkuat pembatasan di Auckland dan memberlakukan lockdown kedua. Usai 12 hari tanpa kasus baru di Auckland, Ardern mengatakan bahwa virus Corona COVID-19 telah terkendali. Dia turut memberi selamat kepada warga karena telah bertahan dalam lockdown kedua.
Kesabaran dan kerjasama itu berbuah manis dengan diangkatnya segala pembatasan di Selandia Baru setelah tiadanya kasus COVID-19 baru selama 10 hari terakhir.
Jalanan Selandia Baru yang kosong saat lockdown bulan Mei lalu (Photo by Bradley White/Getty Images) |
Diangkatnya pembatasan juga berdampak baik bagi sektor ekonomi yang dapat kembali berjalan sebagai mana mestinya. Hal baik itu juga diamini oleh Wali Kota Auckland, Phil Gof.
"Warga Auckland untuk kedua kalinya bersatu dan berhasil menghambat transmisi COVID-19 di komunitas. Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk pengorbanan yang telah mereka lakukan," ujar Phil.
Lebih lanjut, Phil mengimbau semua warganya untuk pergi keluar dan mendukung usaha lokal seperti kafe, restoran dan lainnya yang ditawarkan oleh pengusaha setempat sebagai bentuk dukungan.
Paspor Selandia Baru jadi yang terkuat
Berkat keberhasilannya, Selandia Baru pun menjadi negara dengan paspor yang paling kuat di seluruh dunia. Indeks yang membandingkan akses paspor 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menempatkan Selandia Baru menjadi paspor paling kuat di dunia. Negara itu menggeser Jepang dari posisi teratas.
So, pemegang paspor Selandia Baru tak terpengaruh oleh pembatasan perjalanan seperti yang dialami warga negara lain. Paspor Selandia Baru saat ini memiliki 129 negara yang menawarkan akses bebas visa. Angka tersebut naik sebanyak 80 negara dari puncak krisis pandemi Corona pada enam bulan lalu.
Berkaca dari kasus Selandia Baru, baik Pemerintah mau pun masyarakatnya dapat bersatu dan rela berkorban dengan melakukan isolasi hingga COVID-19 dapat ditekan. Kebijakan yang tepat serta kekompakan masyarakat menjadi kunci penanganan COVID-19, sesuatu yang perlu dicontoh oleh semua insan di Indonesia.
Lihat Video: Selandia Baru Berhasil Lalui Gelombang Kedua COVID-19
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!