Setelah setahun lebih Gunung Slamet berstatus Waspada Level II, kini kembali normal Level I. Namun kendati sudah normal, sejumlah pintu pendakian belum dibuka.
Aris Priyono, petugas Basecamp Dipajaya, Desa Clekatakan, Kecamatan Pulosari, Pemalang, pada detikcom, Minggu (11/10), menjelaskan pihaknya belum membuka pendakian.
"Alhamdulillah kita bersyukur atas penurunan status Gunung Slamet menjadi normal. Tapi kita masih terus koordinasi dengan pos pengamatan dan KPH untuk persiapan pembukaan," kata Aris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan Aris, pembukaan kembali pendakian Gunung Slamet menunggu terbitnya surat resmi dari PVMBG terkait penurunan status Gunung Slamet. Soalnya surat resmi PVMBG menjadi dasar Perum Perhutani menerbitkan surat pembukaan kembali Pendakian Gunung Slamet.
"Kita akan melakukan pengecekan dan mempersiapkan jalur pendakian terlebih dahulu, setelah lama libur. Sepertinya bila dibuka akan serempak juga di beberapa pintu masuk pendakian," katanya.
Namun, Aris menambahkan jika para pendaki maupun pengunjung bila sudah diperkenankan naik gunung, masih harus mematuhi peraturan yang ada.
"Kondisi saat ini tidak diperkenankan dekat dengan puncak kawah. Radius yang disarankan 1 kilometer. Masih kita bebenah dulu belum berani buka nunggu petunjuk lebih lanjut," jelasnya.
Pintu masuk Gunung Slamet melalui Dipajaya, Desa Clekatakan, Kecamatan Pulosari,Pemalang, memang diketahui merupakan pintu masuk terdekat dengan puncak Gunung Slamet. Dari Desa Clekatakan ke arah puncak hanya berjarak sekitar 4,6 km.
Sementara itu, hasil rapat koordinasi pengelola jalur pendakian Gunung Slamet dalam wilayah Perum Perhutani KPH Banyumas Timur dan KPH Pekalongan Barat, Perum Perhutani dan Pengelola Basecamp Gunung Slamet menghormati dan mematuhi rekomendasi PVMBG, serta sepakat untuk membuat SOP/prosedur pendakian terkait larangan aktifitas dalam radius 1 Km dari kawah.
Perum Perhutani bersama Pengelola Basecamp melakukan pemeriksaan kondisi jalur pendakian, shelter, papan petunjuk, dan sarana lainnya untuk memastikan keamanan dan keselamatan pendakian. Selain itu Perum Perhutani dan Pengelola Basecamp memasang plang larangan pada tiap-tiap jalur pendakian dalam radius 1 Km dari kawah. Sedangkan untuk pembukaan kembali pendakian Gunung Slamet menunggu terbitnya surat resmi PVMBG terkait penurunan status Gunung Slamet.
Sementara itu, hasil laporan aktivitas gunung api periode 10-10-2020 pengamatan pukul 00:00-24:00 WIB, masih terjadi gempa hembusan sebanyak 58, Amplitudo 3-4 mm, dengan durasi 10-28detik.
"Cuaca cerah, berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah ke arah selatan dan barat. Suhu udara 22.1-24.7 Β°C dan kegempaan hembusan sebanyak 58, Amplitudo 3-4 mm, dengan durasi 10-28 detik," kata Luruh, petugas pos pengamatan Gunungapi Slamet Gambuhan Pemalang.
Masih menurut Luruh, dalam pengamatannya sehari setelah status Gunung Slamet normal, gunung nampak jelas, kabut 0-I, kabut 0-II,hingga kabut 0-III. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 m di atas puncak kawah.
"Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak berada/beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah puncak Gunung api Slamet," kata Luruh.
Perlu diketahui, Gunung Slamet merupakan gunung api strato berbentuk kerucut dengan tinggi puncak 3432 mdpl. Secara administratif berada dalam 5 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga.
Aktivitas vulkanik Gunung Slamet terjadi pada Maret hingga Agustus 2014, berupa kenaikan aktivitas diikuti erupsi menghasilkan material abu dan lontaran material pijar di sekitar kawah. Gunung Slamet, kembali pada Level I (Normal) pada tanggal 9 September 2015.
Pada tanggal 9 Agustus 2019, tingkat aktivitas Gunung Slamet, kembali meningkat. Status dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada). Peningkatan status ini terkait dengan adanya peningkatan aktivitas secara kegempaan dan deformasi yang cukup signifikan, namun secara visual belum teramati adanya gejala erupsi.
Aktivitas kegempaan terakhir yang terekam selama periode 1 - 9 Oktober 2020, sebanyak 301 kali gempa Hembusan dan 3 kali gempa tektonik Jauh. Kegempaan masih didominasi oleh gempa-gempa Hembusan. Energi seismik masih berfluktuasi namun secara umum mulai menurun dan berada pada level normal. Penetapan penurunan status Gunung Slamet dari Waspada Level II menjadi Normal Level I sendiri terhitung sejak tanggal 9 Oktober 2020 pukul 12:00 WIB.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan