Ada Ikon Hollywood dan Kakbah di Wisata Geopark Kawah Putih Klaten

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada Ikon Hollywood dan Kakbah di Wisata Geopark Kawah Putih Klaten

Achmad Syauqi - detikTravel
Minggu, 18 Okt 2020 12:48 WIB
Ada Ikon Hollywood dan Kabah di Wisata Geo Park Kawah Putih Klaten
Foto: (Achmad Syauqi/detikcom)
Klaten -

Objek wisata di bekas galian tambang kapur sedang menjadi tren, tapi di objek wisata Geopark kawah putih Desa Talang, Klaten menyajikan panorama berbeda.

Di bukit kapur ini pengunjung justru tidak menemukan kawah tapi bisa menemukan replika ikon bangunan ternama dunia. Berada di atas ketinggian bukit, objek wisata yang masih terus ditata sejak 2018 itu cocok untuk mencari angin segar perbukitan. Pengunjung bisa memandang rumah pedusunan dari ketinggian.

Membuang pandangan ke selatan, mata akan menemukan deret perbukitan seribu yang membentang di perbatasan Kabupaten Klaten dan Gunungkidul, Yogyakarta. Sekalipun di tengah hari, udara sejuk dari selatan bisa puas diteguk pengunjung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk sampai ke punggung bukit kawah putih, pengunjung harus memacu kendaraan di jalan desa yang naik tidak terlalu curam. Setelah parkir, pengunjung harus berjalan kaki menapaki sekitar 20 anak tangga.

Begitu sampai di pintu masuk, landscape taman dengan bunglo di sekitarnya akan terlihat. Seluruh sudut kawasan terbuat dari bukit kapur tua yang warnanya kekuningan di kanan kiri dan depan.

ADVERTISEMENT

Di tengah kawasan terdapat sisa bukit kapur yang telah lama ditinggal penambang. Sisa bukit itu menjulang dengan ketinggian sekitar 30 meter dan lebar sekitar 50 meter.

Di dinding bukit, pengelola memasang tulisan Hollywood, yang menyerupai tulis di Hollywood land bukit Santa Monica, California, AS. Di selatan bukit berdiri replika Merlion dari batu putih bak di Merlion Park Singapura.

Ada Ikon Hollywood dan Ka'bah di Wisata Geo Park Kawah Putih KlatenAda Ikon Hollywood dan Ka'bah di Wisata Geo Park Kawah Putih Klaten Foto: (Achmad Syauqi/detikcom)

Di sisi Utara bukit terdapat bangunan kotak bercat hitam, dan jika didekati ternyata replika bangunan Kakbah di Mekah. Bangunan ini sebenarnya difungsikan sebagai mushalla bagi pengunjung.

Ikon - ikon kelas dunia itu dibangun di objek wisata kawah putih karena sejalan dengan konsepnya. Objek wisata alam itu Melihat Dunia dari Kawah Putih.

"Kita bangun dengan konsep melihat dunia dari kawah putih. Jadi ke depan ikon ikon dunia akan ada di lokasi," ungkap pengelola Wisata Kawah Putih, Nasir Zubaidi pada detikcom di lokasi, Minggu (18/10/2020) siang.

Nasir menuturkan, objek wisata kawah putih itu sebelumnya adalah tambang batu kapur liar untuk bahan pondasi rumah. Melihat kerusakan yang mengkhawatirkan dirinya dan beberapa warga tergerak untuk penyelamatan.

" 2018 kita gerak buat wisata untuk menyelamatkan lokasi agar tidak punah karena menurut UGM itu Geo Park. Batunya berusia jutaan tahun dan aset dunia," jelas Nasir.

Nama bukit itu, lanjut Nasir sebenarnya bukan Kawah Putih tapi para ahli geologi menyebut sebagai Bukit Temas. Batuan bukit itu konon menurut para ahli geologi ada jutaan tahun lalu.

" Ada penjelasan dari UGM bukit itu usianya jutaan tahun lalu. Bergeser dari Australia, batu bukit itu sebenarnya dari Australia tapi detailnya kami tidak paham," terang Nasir.

Bukit itu, sambung Nasir, juga menjadi laboratorium geologi dan sering ada penelitian dari UGM dan UPN Yogyakarta. Untuk itu ke depan, pengelola akan bersinergi dengan Pemkab, pemdes dan universitas dalam pengembangan penyelamatan.

"Ke depan kita akan bersinergi dengan Pemkab, pemdes dan universitas. Sebab bukit ini aset penting geologi dunia untuk itu kita perlu pembinaan agar konsep kita tidak bertabrakan dengan penyelamatan," ucap Nasir.

Lahan bukit itu, tambah Nasir, ada yang bersertifikat pribadi dan ada yang kas desa. Sejak dikembangkan 2018 sudah banyak dikunjungi wisatawan dan mengerakkan ekonomi.

"Alhamdulillah bisa bermanfaat. Bisa jasa ojek, payung, parkir dan kuliner yang bisa menggerakkan ekonomi masyarakat," ujar Nasir.

Tiket masuk, ucap Nasir juga tidak mahal sebab hanya Rp 5.000 per orang dewasa dan anak- anak gratis. Tapi setelah ada COVID jumlah pengunjung turun drastis bahkan tutup.

"Sebelum COVID bisa 500 - 1000 orang pengunjung per hari pada Sabtu dan Minggu. Tapi setelah COVID-19 sempat tutup dan ini mulai buka dengan protokol COVID tetapi pengunjung paling sekarang baru 5 persen pulih," papar Nasir.

Di awal pengembangan wisata, tantang menurut Nasir tidak mudah sebab bukit kapur itu tandus tanpa tanaman. Namun pelan tapi pasti ditanami pohon bertahap dan mulai hijau.

"Di awal memang berat sebab harus mengambil tanah endapan sungai di bawa naik. Lalu kita tanami pohon dan akhirnya bisa," imbuh Nasir.

Salah seorang warga, Nanang mengatakan lokasi wisata yang sekarang jadi taman dulunya tandus. Sebab baru kapurnya ditambang warga.

"Ditambang untuk bahan pondasi rumah. Karena panas dan tandus sering disebut kawah putih, padahal tidak ada kawahnya," jelas Nanang pada detikcom di lokasi.

Nina, salah seorang pengunjung mengatakan lokasi kawah putih sebenarnya bagus. Hanya karena pandemi COVID-19, kawasan menjadi sepi.

"Udaranya segar dan lokasinya bagus. Cuma ini sepi karena COVID mungkin, untuk wisatawan lokal sudah lumayan," ungkap Nina.




(elk/elk)

Hide Ads