Saad Hussein, Orang Terakhir yang Produksi Arak Kurma

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Saad Hussein, Orang Terakhir yang Produksi Arak Kurma

Femi Diah - detikTravel
Minggu, 25 Okt 2020 09:18 WIB
pohon kurma
Foto: Getty Images/iStockphoto/lucagal
Bashiqa -

Saad Hussein, seorang Yazidi Irak berusia 42 tahun, menjadi orang terakhir di wilayah utara Niniwe yang menghasilkan arak kurma lokal beraroma adas manis.

Saad terpaksa meninggalkan kampung halamannya di Bashiqa, dekat Mosul, ketika kota itu jatuh ke tangan ISIS pada tahun 2014. Ya, waktu itu Saad bersama pemeluk Yazidi yang merupakan agama minoritas kuno yang menggabungkan kepercayaan Zoroastrian, Kristen, Manichean, Yahudi dan Islam dianiaya secara brutal oleh ISIS yang memandang Yazidi sebagai pemuja setan.

ISIS membantai lebih dari 3.000 Yazidi, memperbudak 7.000 wanita dan anak perempuan serta membuat sebagian besar dari 550.000 komunitas mengungsi dari tanah kelahiran di Irak utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah ISIS tersingkir, Saad pulang. Dia membuka lagi penyulingan arak miliknya. Tidak besar.

"Arak kurma ini adalah bagian dari warisan kami, tapi hampir punah. Hampir tidak ada orang di sini di daerah yang melakukannya," kata Saad seperti dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

"Saya selalu menyukai seninya dan memang membuat sebelumnya. Jadi, saya ingin menghidupkan kembali minuman ini," dia menambahkan.

Saad juga berharap bisa memperkenalkan minuman tersebut kepada generasi baru, setelah sebagian besar orang Irak Kristen dan Yazidi yang familiar dengan minuman itu meninggalkan kawasan tersebut.

Dalam pembuatan arak itu, Saad menggunakan cara tradisional. Dia memakai metode lama yang telah digunakan secara eksklusif selama beberapa dekade.

Pertama-tama, Saad mengisi tong biru besar dengan kurma, kemudian menambahkan air dan membuat adonan buah manis. Kemudian, dia menempatkan campuran tersebut dalam panci tertutup dan memanaskannya untuk menyaring alkohol.

Dulu, arak kurma pernah berjaya. Tapi kemudian kepergian pelanggan karena adanya konflik menjadi penyebab. Selain itu, impor minuman beralkohol turut memperparah penyulingan kurma lokal.

"Saudara Kristen kami adalah klien utama produk ini. Tapi, imigrasi membuat bisnis kami menderita," kata Saad.

Usaha Saad bertahan karena masih ada pelanggan fanatik arak kurma. Saad juga disebut menggunakan bahan pilihan.

"Saya tahu bahwa arak buatannya bagus. Saya tahu materi apa yang dia gunakan dan dari mana dia mendapatkannya. Juga rasanya enak," kata Ghazwan Khairi, salah satu pelanggan kemudian meninggalkan rumah Saad dengan membawa sebotol arak kurma.




(fem/ddn)

Hide Ads