Taman Nasional Komodo (TNK), khususnya di Pulau Rinca, sedang menjadi perbincangan warganet setelah foto proyek pembangunan beredar. KLHK mengklaim telah memenuhi kaidah konservasi.
Sejak 1980, Taman Nasional Komodo diberi label global sebagai Cagar Biosfer (1977) dan Warisan Dunia (1991) oleh UNESCO. Kawasan itu memiliki luas 173.300 hektare yang terdiri dari 58.449 hektare (33,76%) daratan dan 114.801 hektare (66,24%) perairan.
KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) menyebut ada pembagian zona di kawasan itu. Yakni, Zona Pemanfaatan Wisata Daratan 824 hektare (0,4%) dan Zona Pemanfaatan Wisata Bahari 1.584 hektare (0,95%).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rilis kepada detikcom, Rabu (28/10/2020), KLHK menyebut Zona Pemanfaatan bisa dibangun dengan menerapkan prinsip kehati-hatian yang ditetapkan sejak dari perencanaan ruang kelola di TNK tersebut.
Nah, sejak ditetapkan sebagai TN hingga saat ini sarana prasarana (sarpras) di TNK terus dikembangkan wisata edukasi dan penelitian. Untuk menunjang dua kegiatan itu, dilakukan penataan sarana dan prasarana di Lembah Loh Buaya Pulau Rinca Taman Nasional Komodo oleh Kementerian PUPR. Saat ini, pembangunan mencapai 30 persen dari rencana yang akan selesai pada Juni 2021.
Saat ini, penataan tengah memasuki tahap pembongkaran bangunan eksisting dan pembuangan puing, pembersihan pile cap, dan pembuatan tiang pancang.
![]() |
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno, menyebut jumlah populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya relatif stabil bahkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Total jumlah biawak komodo pada 2018 sebanyak 2.897 individu dan pada tahun 2019 bertambah menjadi 3.022 individu atau bertambah 125 individu. Konsentrasi populasinya berada di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Hanya sebanyak 7 individu di Pulau Padar, 69 individu di Gili Motang, dan 91 individu di Nusa Kode.
"Populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya adalah 5% dari populasi di Pulau Rinca atau sekitar 66 ekor. Bahkan populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil dengan kecenderungan sedikit meningkat di 5 tahun terakhir," ujar Wiratno.
Dari fakta tersebut Wiratno menyebut bahwa jika dilindungi secara serius dan konsisten, dengan meminimalisasi kontak satwa, maka aktivitas wisata pada kondisi saat ini dinilai tidak membahayakan populasi biawak komodo di areal Lembah Loh Buaya seluas 500 Ha, atau sekitar 2,5% dari luas Pulau Rinca yang mencapai 20.000 hektare.
Kegiatan penataan sarpras (dermaga loh buaya, pengaman pantai, evelated deck, pusat informasi, pondok ranger/peneliti/pemandu) berada pada wilayah administrasi Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Untuk itu, kegiatan pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat harus dilakukan, karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.
"Berdasarkan pengamatan, jumlah biawak komodo yang sering berkeliaran di sekitar area penataan sarpras di Loh Buaya diperkirakan Β±15 ekor. Beberapa diantaranya memiliki perilaku yang tidak menghindar dari manusia," ujar WIratno.
"Guna menjamin keselamatan dan perlindungan terhadap biawak komodo termasuk para pekerja, seluruh aktivitas penataan sarpras diawasi oleh 5 - 10 ranger setiap hari. Mereka secara intensif melakukan pemeriksaan keberadaan biawak komodo termasuk di kolong-kolong bangunan, bekas bangunan, dan di kolong truk pengangkut material," Wiratno menjelaskan.
Simak Video "Video: Wisatawan Tertahan di Bandara Komodo Imbas Erupsi Lewotobi"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol