Hidung Elektronik Ini Bisa Deteksi Bom Buat Bandara dan Pesawat?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hidung Elektronik Ini Bisa Deteksi Bom Buat Bandara dan Pesawat?

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 06 Nov 2020 07:43 WIB
Hidung elektronik Konikore
Hidung elektronik Konikore di dalam pesawat (Foto: CNN)

Deteksi virus

Potensi penggunaan perangkat tidak berhenti pada keamanan, kata Oshiorenoya. Baru-baru ini, Koniku telah menyelidiki apakah teknologi yang sama dan dapat digunakan untuk mendeteksi virus, termasuk COVID-19, mengikuti laporan bahwa mungkin anjing bisa dilatih untuk mengendusnya.

Meskipun mereka tidak dapat mendeteksi virus yang sebenarnya, penyakit pernapasan menyebabkan perubahan pada bau badan penderitanya. Nah, bau itu yang mungkin dapat ditangkap oleh anjing atau perangkat hidung elektronik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Treximo, sebuah perusahaan konsultan bioteknologi, bekerja sama dengan Koniku untuk menguji apakah perangkat tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi COVID-19.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa jika uji coba berhasil, mereka akan mengajukan otorisasi penggunaan darurat dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS awal tahun depan.

ADVERTISEMENT

Potensi penggunaan dan permintaannya sangat besar. Teknologi tersebut dapat digunakan di berbagai ruang publik, mulai dari restoran hingga stadion sepak bola.

Hidung elektronik KonikoreOshiorenoya Agabi pencipta hidung elektronik Konikore, PhD neuroscience and engineering di Imperial College London. (Foto: CNN)

Kredibilitas ilmiah

Namun, beberapa ilmuwan yang berspesialisasi dalam hidung elektronik meragukan teknologi tersebut.

Timothy Swager, seorang profesor kimia di Massachusetts Institute of Technology, mengatakan bahwa untuk melakukan apa yang diklaim oleh Koniku membutuhkan beberapa keajaiban teknis.

Mengintegrasikan protein alami ke dalam sirkuit silikon sangatlah sulit, katanya. Kerapuhan sel serta kompleksitas interaksinya dengan zat kimia membuat mereka sulit untuk dikerjakan.

"Konsep e-nose masih bermasalah dan ada banyak kuburan perusahaan di area umum ini," kata Swager kepada CNN.

Kenneth Suslick, seorang profesor di University of Illinois yang berspesialisasi dalam hidung elektronik, menambahkan bahwa alat itu masih kurang dipublikasi. Tiada rincian teknologi dari Airbus, Koniku atau pihak ketiga.

"Ketika Anda memiliki teknologi startup seperti ini, hal pertama yang ingin Anda lakukan adalah mematenkan," katanya.

"Setelah Anda mengajukan paten, Anda ingin mempublikasikannya, karena publikasi itu memberi Anda kredibilitas dan membiarkan orang lain mengevaluasi teknologinya," imbuh dia.

Koniku telah mengajukan paten untuk teknologi tersebut pada tahun 2016, tetapi masih menunggu keputusan. Oshiorenoya mengatakan bahwa karena Koniku adalah perusahaan, bukan grup riset akademis, berbagi semua data dengan pelanggan di bawah perjanjian kerahasiaan sudahlah cukup.

Agabi yakin bahwa Koniku akan membuktikan bahwa kritikus tersebut salah. Dia mengatakan uji coba baru-baru ini yang dilakukan oleh Airbus, bersama dengan pejabat penegak hukum Alabama dan teknisi bom FBI, menemukan bahwa perangkat tersebut dapat mendeteksi bahan peledak lebih baik daripada anjing terlatih.


(msl/fem)

Hide Ads