Akhirnya Ada Kafe untuk Perempuan di Yaman

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Akhirnya Ada Kafe untuk Perempuan di Yaman

Femi Diah - detikTravel
Minggu, 08 Nov 2020 09:15 WIB
An aerial picture taken on October 17, 2020, shows a view of Shibam City in Yemens central Hadramawt governorate. - Against the backdrop of what resembles the Grand Canyon stands Yemens ancient city of Shibam, the Manhattan of the desert that has largely been spared by war but remains at the mercy of natural disasters. (Photo by - / AFP)
Ilustrasi kota di Yaman (AFP/-)
Marib -

Yaman melarang ruang rekreasi bagi wanita. Salah satu penduduk perempuan, Um Feras, merespons dengan membangun kafe khusus untuk perempuan.

Tindakan Feras untuk membangun kafe itu boleh dibilang sebagai langkah revolusioner. Seorang perempuan, dia juga membangun kafe khusus untuk permepuan.

Feras berharap tindakan mendirikan kafe di Yaman itu bisa mengubah sikap tentang bisnis yang dipimpin perempuan. Dia pun kemudian mendirikan kafe Morning Icon pada bulan April 2019 di Marib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada tempat bagi perempuan untuk berkumpul dengan nyaman, tidak ada tempat milik komunitas perempuan, dengan tim dari administrasi hingga pegawai termuda adalah perempuan," kata Feras seperti dikutip Reuters.

Sikap tradisional dan konservatif yang dianut oleh penduduk lokal Yaman terhadap perempuan yang bekerja di luar rumah membuat kafe yang dibuatnya dianggap tidak biasa. Begitu asing.

ADVERTISEMENT

"Kata 'kafe' dapat dikaitkan dengan ide dan keyakinan negatif... Setiap ide baru akan memiliki pendukung dan penentang," kata Feras seraya menambahkan bahwa dia ingin memimpin dengan memberi contoh untuk menunjukkan bahwa wanita dapat menjalankan usaha.

Wadad, seorang mahasiswa kedokteran dan pelanggan kafe, senang dengan adanya kafe untuk perempuan. Sebagai pelajar, dia terbantu dengan adanya koneksi internet kafe itu.

"Ada ruang untuk wanita secara umum, di tengah jaringan internet yang buruk di Marib dan ruang yang terbatas untuk pelajar perempuan," ujar Wadad.

Marib berkembang pesat menjadi kota yang ramai pada awal perang hampir enam tahun di Yaman. Kota itu menjadi lokasi tujuanwarga yang melarikan diri dari perang di kota-kota lain.

Tapi kini, perang saudara di Yaman tidak juga usai. So, menjalankan bisnis di negara yang dilanda konflik, penyakit, dan krisis ekonomi yang semakin parah tidaklah mudah.

Padahal, Feras mengimpor sebagian besar kopi dan minuman lainnya. Dia dituntut pandai-pandai untuk menjaga kualitas di tengah kenaikan harga dan fluktuasi nilai mata uang.

Tapi bukannya menyerah, dia justru bercita-cita untuk memperluas kafe itu agar perempuan dan anak-anak memiliki tempat yang lebih luas untuk beraktivitas di luar rumah.




(fem/ddn)

Hide Ads