Pemerintah rencananya bakal mengurangi libur panjang akhir tahun di tengah peningkatan kasus Corona atau COVID-19. Pelaku wisata dan hotel mulai kebingungan.
"Harapannya libur panjang tetap ada dan tempat wisata tetap buka harus diperbolehkan dengan syarat wajib menjalankan dari pemerintah yaitu mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan," kata Pemilik Waterpark Muria Wisata Abdul Wahid Mustofa (31) kepada detikcom saat dihubungi lewat sambungan telepon, Jumat (27/11/2020).
Mustofa mengatakan, pandemi ini menjadi momok sendiri bagi pengusaha wisata. Apalagi wisata swasta yang dikelola oleh perorangan. Dampaknya kata dia begitu berarti bagi sektor wisata. Menurutnya penurunan pendapatan hingga 50 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sekarang pengunjung antara 250 sampai 500 orang saja. Ini penurunan hingga 50 persen," kata dia.
Meskipun demikian, Mustofa yakin pandemi ini akan segera diatasi. Dia pun berharap agar pandemi ini segera berlalu, sehingga geliat wisata kembali pulih sediakala.
"Para pengusaha tempat wisata harus semangat dalam menghadapi pandemi ini, selau optimistis pandemi ini berakhir dan harus selalu positif menyikapi pandemi. Kita wajib mengikuti dan menjalankan anjuran peraturan dari pemerintah dengan baik dan benar," Mustofa berharap.
Terpisah Sales and Marketing Manager pada hotel @home Kudus, Tika Encim berharap libur panjang tetap ada. Karena dia mengakui sektor hotel dari libur panjang juga terdampak. Apalagi kondisi pandemi virus Corona seperti sekarang.
![]() |
"Harapan kami swasta ada liburan panjang pengganti liburan kemarin," kata Tika kepada detikcom lewat sambungan telepon, Jumat (27/11).
Tika mengatakan, dari sektor liburan menyumbang pendapatan hotel sebesar hingga 40 persen. Itu kata dia jika akhir pekan Sabtu dan Minggu.
Sedangkan pendapatan lain di hotel bersumber dari acara hajatan. Karena saat ini hajatan dengan protokol kesehatan tengah ramai saat pandemi seperti sekarang.
"Ya, pasti karena berhubungan liburan pasti berdampak signifikan, tapi tidak terlalu. Akhir tahun untuk hajat pernikahan reuni. Itu pun tidak kapasitas banyak. Kami terbantu di situ," jelas Tika.
"Kalau murni wisata, hari kerja itu tidak banyak palingan 10 persen. Kecuali wisata ziarah. Itu kan rombongan. Kalau harian personel mampir kuliner paling sekitar 10 persen. Tapi kalau Sabtu-Minggu mayoritas 40 persen itu terisi untuk wisata," tambah Tika.
Pemerintah sendiri belum mencapai titik temu soal pemangkasan cuti bersama Desember 2020 ini. Rapat internal menteri akan dilanjutkan pekan depan.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol