Kalangan pelaku usaha pariwisata kembali harus gigit jari melihat kebijakan pemerintah mengenai libur akhir tahun. Menyambut akhir tahun 2020 ini, pemerintah resmi memotong waktu libur panjang yang sebelumnya sudah ditetapkan pada akhir tahun ini. Pada 28-30 Desember yang sebelumnya masuk cuti bersama, kini diputuskan tak libur.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Indonesia Hotel General Manager Association (DPP IHGMA) I Made Ramia Adnyana menilai keputusan itu bakal membuat masyarakat semakin enggan untuk berlibur.
"Itu akan mengurangi minat berlibur. Orang libur akhir tahun tanggung jika pendek. Nggak mungkin dia libur seminggu. Jadi akhir tahun dari Christmas atau Natalan ke akhir tahun seminggu. Pasti nambah lagi dikit jadi harusnya long weekend," kata Ramia kepada CNBC Indonesia, Selasa (1/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenparekraf Giatkan Wisata Domestik
Untuk mendongkrak bisnis ini, maka pemerintah perlu bergerak lebih gesit. Ia pun memberikan saran agar pariwisata Bali lebih diperhatikan di masa libur akhir tahun.
"Mungkin ini masukan ke Kementerian Pariwisata agar domestik market digeliatkan lebih masif, karena selama ini mungkin promonya nggak terlalu maksimal untuk domestik market. Meski ada peningkatan COVID-19 di beberapa wilayah tapi kita lakukan ketat protokol kesehatan," jelas Ramia
Hingga saat ini, geliat pariwisata pun belum nampak. Dari jumlah reservasi hotel, belum banyak yang memastikan untuk berlibur.
"Sekarang kita tetap persiapkan segala sesuatunya untuk menyambut Christmas dan new year tapi kita lihat data booking-an reservasi belum signifikan, apalagi ada pemotongan libur dari pemerintah jadi kita nggak yakin Christmas dan new year akan booming," kata Ramia.
Ia menyebut dalam waktu 2 pekan terakhir, atau sejak 15 November ke atas lalu, belum ada perubahan signifikan terkait reservasi hotel. Masih di angka 1 hingga 2 kali dan tidak secara berurutan. Padahal saat normal, awal Desember ini angka reservasi bisa mencapai 70%.
"Di angka 50% situasi gini sudah bagus. Tapi saya nggak yakin tercapai 50%, artinya kita bicara rata-rata untuk Bali belum kayanya bisa dicapai. Mengingat sampai saat ini belum dengar ada tambahan pesawat, atau ada paket-paket akhir tahun yang menarik, apalagi nggak ada kepastian untuk dibuka international market. Kemarin kan ada wacana 1 Desember akan dibuka tapi sampai saat ini belum ada realisasi," jelasnya.
Pembatalan Reservasi
Nasib tidak jauh berbeda dialami wilayah lain yang juga mengandalkan sektor pariwisata, salah satunya Yogyakarta. Pelaku usaha mengakui sudah banyak masyarakat yang melakukan pembatalan reservasi hotel.
"Iya awalnya reservasi 60%, drop menjadi 30%. Sempat drop lho separuh," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Deddy Pranowo Eryono kepada CNBC Indonesia kemarin.
Pembatalan reservasi terjadi akibat masyarakat khawatir jika akhir tahun mendatang pemerintah batal memberikan waktu libur panjang. Apalagi, angka positif Covid-19 pun kian tinggi dari hari ke hari. Jika harus reservasi sejak awal dan ternyata tidak mendapat libur, maka peluang untuk berlibur pun kecil.
Namun, dalam beberapa hari terakhir reservasi hotel kembali menanjak. Memang belum mencapai angka semula, namun arahnya sudah mendekati jumlah reservasi di awal. Melihat segmentasi positif itu, Deddy yakin kenaikannya bisa terus menanjak.
"Per hari ini sudah ada kenaikan sampai dengan 55%. Target kita 95% di semua kelas hotel dan restoran," kata Deddy.
Selanjutnya: Jadwal Libur Akhir Tahun yang Dipotong 3 Hari
Simak Video "Menikmati Wisata Tersembunyi Madura, dari Myze Sumenep"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!