Lobster kini sedang sedang heboh di Indonesia. Hewan laut ini bernilai tinggi, baik anakan maupun yang dewasa.
Namun, hewan istimewa ini dianggap biasa oleh masyarakat Kampung Goras, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Bagi mereka, lobster merupakan makanan yang biasa dan tidak spesial.
Hal ini disebabkan karena lobster mudah didapat di perairan sekitar kampung mereka. Kalaupun jika ingin membeli lobster tangkapan mereka, cukup murah, hanya Rp 20 ribu untuk satu ekor lobster seberat setengah kilogram. Bagi mereka, hanya kuliner ayam kampunglah yang dianggap sebagai kuliner yang istimewa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung Goras adalah kampung di Teluk Berau. Kampung ini berpasir putih dan banyak ditumbuhi pohon kelapa. Mayoritas masyarakatnya nelayan dan berburu rusa. Selain lobster, kepiting bercapit panjang sangat mudah dijumpai di perairan Goras. Karena saking banyaknya dan mudah didapat, kepiting ini tidak dijual hanya untuk dikonsumsi sendiri.
Lobster dan kepiting fak-fak Foto: (Hari Suroto/Istimewa) |
Sedangkan ikan yang berharga bagi mereka adalah ikan tenggiri, biasanya dijadikan sebagai ikan asin untuk dijual di kota.
Bagi traveler yang ingin berkunjung ke kampung ini, dapat diakses melalui jalan darat dari Kota Fakfak, waktu yang dibutuhkan sekitar empat jam menggunakan kendaraan double gardan.
Gua Andarewa Foto: (Hari Suroto/Istimewa) |
Selain dapat menikmati sunset yang indah, traveler juga dapat menyaksikan situs gua prasejarah Andarewa. Di gua ini, traveler dapat menyaksikan lukisan prasejarah berbentuk manusia namun sepintas seperti alien. Lukisan ini berwarna hitam.
Lukisan mirip alien di Gua Andarewa Foto: (Hari Suroto/Istimewa) |
Traveler juga dapat menyaksikan kambing-kambing yang dibiarkan bebas berkeliaran begitu saja di kampung. Kambing-kambing ini hanya diberi tanda pengenal tutup botol plastik yang dikalungkan di lehernya.
Soal akses telekomunikasi dan listrik di kampung ini masih terbatas. Jika ingin telpon atau SMS, harus naik bukit yang tinggi di dalam hutan.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
Baca juga: Rumah Adat Papua Barat yang Memesona |
(elk/ddn)















































Komentar Terbanyak
Melihat Gejala Turis China Meninggal di Hostel Canggu, Dokter: Bukan Musibah, Ini Tragedi
PB XIV Purbaya Hadiahi Kenaikan Gelar buat Pendukungnya, Tedjowulan Merespons
Makam Ulama Abal-abal di Lamongan Dibongkar, Namanya Terdengar Asing