Penumpang di terminal kedatangan domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali sudah mulai ramai. Diprediksi peningkatan wisatawan akan terus terjadi sampai dengan awal tahun 2021.
Data AP I Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali wisatawan yang datang sejak tanggal 16 Desember 2020 sudah mencapai 10.020. Sedangkan pada 17 Desember 2020 kedatangan sudah mencapai 13.473.
"Ya sih per kemaren (rame) kalau per hari ini kita belum bisa update. Oh iya kalau dari tanggal 16 sudah mulai naik 10 ribu, per 17 kemarin, per 18 ini belum ketahuan updatenya," kata Stakeholder Relation Manager API Bandara I Gusti Ngurah Rai, Taufan Taufan Yudhistira, saat dihubungi detikTravel, Jumat (18/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diperkiraan libur Natal dan Tahun Baru 2020 - 2021 puncak wisatawan yang akan mengunjungi Bali terjadi, Jumat (25/12).
"Data prediksi (Puncaknya) tanggal 25 Desember pas hari Natal nya," ujar Taufan.
Sementara itu, untuk mengantisipasi lonjakan penumpang AP I Bandara I Gusti Ngurah Rai telah menyiagakan posko monitoring Nataru. Posko sudah diresmikan dan mulai beroperasi pada Kamis (17/12).
"Posko monitoring ini akan beroperasi selama 24 hari, yaitu dari tanggal 18 Desember 2020, atau satu pekan sebelum Hari Raya Natal 2020, hingga tanggal 10 Januari 2021," terang General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Herry A.Y. Sikado melalui keterangan tertulis, Kamis (17/12).
Dalam artikel terkait sebelumnya, pariwisata Bali diperkirakan rugi besar karena kewajiban tes PCR bagi wisatawan. Ratusan ribu tiket pesawat juga dibatalkan akibat kebijakan ini.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyampaikan beberapa hari terakhir pihaknya disibukkan dengan keluhan masyarakat soal kebijakan tes bebas Corona sebelum wisata ke Bali. Kebijakan yang muncul dadakan ini membuat antusiasme masyarakat untuk berlibur menjadi ciut dan bahkan berujung pada pembatalan perjalanan.
"Hari-hari ini kita disibukkan dari kemarin komplain dari masyarakat mau pergi ke Bali tiba-tiba ada permintaan untuk PCR," kata Hariyadi dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PHRI dengan AirAsia di Jakarta, Rabu (16/12).
Ia menyampaikan, berdasarkan data yang ia himpun dari sektor penerbangan, banyak orang tidak jadi terbang ke Bali untuk menghabiskan libur Natal dan Tahun Baru.
"Sampai dengan tadi malam, terjadi permintaan refund dari pembeli tiket itu sampai 133.000 pax. Dan ini meningkat 10 kali lipat dibandingkan kondisi normal kalau orang meminta refund," ujarnya.
Baca juga: Ini 6 Golongan Bebas Tes PCR Kalau ke Bali |
Selain perjalanan via udara yang banyak dibatalkan, perjalanan via darat dan laut juga terancam merugi. Sebagaimana diketahui, untuk wisatawan yang menempuh kedua jalur itu juga diwajibkan menyertakan bukti bebas COVID-19 melalui tes rapid antigen.
"Kalau kapal feri per hari sampai 28 ribu orang menyeberang. Dua puluh delapan ribu ini kalau disuruh antigen, ini bagaimana?" kata dia.
Dengan dibatalkannya perjalanan akibat aturan harus swab untuk penumpang pesawat ini, efek domino juga dirasakan Online Travel Agency (OTA), di mana nilai transaksi yang terdampak adalah Rp 317 miliar. Kondisi ini akhirnya berdampak buruk pula bagi ekonomi Bali.
"Kalau kita hitung lagi dampaknya pada ekonomi Bali itu keluar angkanya Rp 967 miliar. Jadi memang angka-angka ini perlu kita perhatikan," Hariyadi menyampaikan.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol