Singapura terkapar disengat pandemi. Perbatasan di tutup, kunjungan menyusut dan bandara pun gabut.
Singapura bisa dibilang paling menderita di tengah pandemi. Saat negara-negara lain masih bisa bertahan hidup dengan perjalanan domestik, dapur bandara bisa sedikit mengepul.
Tapi tidak dengan Singapura. Negara kecil ini hanya memiliki satu bandara dan memang jadi yang terbaik di seluruh dunia. Dilansir dari Executive Traveller, Bandara Changi jadi hub tersibuk ketiga di Asia untuk lalu lintas internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mei 2020 penumpang pesawat mulai turun menjadi 24.500. Jumlah ini hanya 0,4 persen dari setahun sebelumnya. Dengan penuh kesabaran, akhirnya November membawa 111.000 penumpang. Walaupun jumlah tersebut turun 98 persen dari tahun 2019.
Saat sedang sepi-sepinya, Bandara Changi hanya mengoperasikan 2 termina saja. Keadaan ini dimanfaatkan dengan pembangunan terminal 5.
Setelah dievaluasi, perusahaan penerbangan mengalami kerugian kuartalan terbesar pada bulan September. Bagaimana tidak? gerai ritel di area umum dan transit tutup karena tak ada pengunjung.
Beberapa stimulus senilai USD 100 miliar dijanjikan untuk menopang konsumen dan bisnis. Harapan semakin terang ketika vaksin mulai dijanjikan untuk datang.
Dalam upaya menghidupkan kembali denyut nadi pariwisata, Bandara Changi mulai menawarkan glamping untuk liburan keluarga. Glamping ini dilakukan di Jewel, komplek hiburan bertema alam yang terbuka untuk umum.
Di kelilingi dengan pemandangan hijau, pelancong bisa bermalam dengan suasana hutan dan dibangunkan dengan percikan air terjun indoor terbesar dunia, Jewel.
Dengan harga mulai dari USD 240 per malam, liburan di glamping Jewel selalu penuh selama berminggu-minggu. Memang sih, ini tak akan langsung membuat Bandara Changi untung. Tapi adanya pergerakan ini akan memacu aktivitas di Bandara Changi.
"Kini ada lebih banyak orang di akhir pekan. Penjualan telah meningkat dan kabar vaksin memberikan harapan," ujar Jasmine Hoon, karyawan di Paris Baguette, kedai kopi di Jewel.
Pada bulan Desember lalu, Singapura mengumumkan jalur perjalanan bisnis baru yang memungkinkan orang dari mana saja untuk datang tanpa perlu karantina dan hanya untuk masa tinggal sebentar.
Mereka nantinya akan tinggal di Connnect@Changi yang akan selesai di pertengahan tahu 2021. Connnect@Changi akan memiliki lebih dari 1.300 kamar tamu dan sekitar 340 ruang pertemuan. Traveler akan menjalani berbagai tes Covid-19 pada hari kedatangan, hari ketiga, lima, tujuh dan 11.
"Ini adalah upaya untuk mulai membuka dan menyegarkan kembali sektor perjalanan udara dan perhotelan di Singapura,' ungkap Perusahaan investasi negara, bersama dengan The Ascoot and Sheares Healthcare Group.
Sejauh ini, Singapura sudah membuka beberapa akses untuk beberapa negara. Mereka adalah Selandia Baru, Brunei, Australia, Vietnam, Taiwan dan China. Sementara untuk perjanjian bilateral dibuka untuk Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
"Kamii akan memastikan Singapura terus bersenandung bahkan dengan Covid-19. Kami semua siap untuk bangkit kembali," ujar Menteri Transportasi Singapura, Ong Ye Kung.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!