Pembatasan Mudik di China Jelang Imlek, Bikin Warga Marah dan Frustrasi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pembatasan Mudik di China Jelang Imlek, Bikin Warga Marah dan Frustrasi

Dadan Kuswaraharja - detikTravel
Senin, 08 Feb 2021 17:05 WIB
Jelang perayaan Imlek, ratusan juta warga China melakukan mudik massal.
Migrasi manusia tahunan terbesar di bumi. Mudik di China saat liburan Imlek biasanya seperti ini penampakannya Foto: REUTERS/Aly Song.
Beijing -

Menjelang Tahun Baru Imlek, biasanya ratusan juta orang China akan memenuhi jalan raya, kereta api, dan pesawat dalam perjalanan yang biasa disebut migrasi manusia tahunan terbesar di bumi.

Namun tahun ini, perjalanan mudik itu harus ditunda, menyusul seruan pemerintah China untuk menghindari perjalanan yang 'tidak penting' selama periode liburan untuk mencegah terjadinya penularan kembali virus Corona.

Untuk mencegah orang bepergian, Komisi Kesehatan Nasional China telah memberlakukan aturan baru yang mengharuskan orang yang kembali ke daerah luar perkotaan menjalani tes Covid-19 dengan hasil negatif yang diambil dalam 7 hari sebelumnya. Selain itu mereka diwajibkan menghabiskan 14 hari dalam karantina mandiri saat kedatangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa pemerintah daerah di China telah menambahkan aturan mereka sendiri yang lebih ketat. Misalnya, di beberapa tempat, mereka yang mudik wajib menghabiskan waktu dua minggu di hotel karantina yang disetujui pemerintah, alih-alih karantina di rumah bersama keluarga mereka.

Mengutip CNN, Senin (8/2/2021), Tahun Baru Imlek, juga dikenal sebagai Festival Musim Semi, adalah hari libur terpenting dalam kalender Tiongkok, jika disandingkan dengan liburannya orang bule, Tahun Baru Imlek setara dengan Thanksgiving, Natal, dan Malam Tahun Baru kalau digabungkan.

ADVERTISEMENT

Bagi banyak orang Tionghoa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik di kota-kota besar, liburan Imlek merupakan satu-satunya kesempatan mereka untuk melihat keluarga mereka tahun ini. Para orang tua yang meninggalkan anak-anak di desa mungkin tak bertemu lagi dengan anak mereka selama 12 bulan ke depan.

Pembatasan baru telah memicu kemarahan di media sosial, beberapa di antaranya mempertanyakan kebijakan pemerintah di saat banyak orang berharap untuk pulang.

"Saya ingin bertanya, apakah Anda benar-benar memikirkannya dan memeriksanya sebelum membuat kebijakan ini?" ujar netizen di akun Weibo, layanan mirip Twitter di China.

"Apakah kondisi pedesaan yang luas memungkinkan setiap orang untuk menjalani tes virus Corona setiap 7 hari? Bukankah berkumpul untuk tes virus corona membawa risiko infeksi yang lebih besar? Selain itu, negara hanya memberi kita 7 hari libur, dan sekarang Anda meminta mereka yang kembali untuk diisolasi selama 14 hari. Otak anda terbuat dari apa," tulis netizen lain yang marah.

Selama berbulan-bulan, media pemerintah merayakan keberhasilan China dalam menjinakkan virus corona, membandingkan langkah-langkahnya yang cepat dan efektif dengan pendekatan kacau dari beberapa negara Barat.

Namun tahun ini membawa tantangan baru. Pada Januari, lebih dari 2.000 kasus positif terdeteksi di sebuah provinsi utara di China, angka positif terburuk sejak Maret lalu. Mengingat penularan virus Corona yang cepat, Beijing pun bergerak cepat melakukan pembatasan.

Ini adalah perayaan Tahun Baru Imlek kedua yang dibayangi oleh pandemi virus Corona yang telah merenggut lebih dari dua juta nyawa di seluruh dunia.

Tahun lalu, stasiun kereta utama Beijing dipenuhi oleh para pelancong sebelum Tahun Baru Imlek, karena pihak berwenang China belum mengumumkan virus corona dapat ditularkan dari orang ke orang, atau mengakui Corona sudah menyebar di luar Wuhan, pusat penyebaran awal di China.

Wuhan akhirnya dikunci dua hari sebelum Hari Tahun Baru Imlek, tetapi jutaan orang di kota China saat itu telah melakukan perjalanan kembali ke kampung halaman mereka dalam beberapa minggu menjelang liburan, mempercepat penyebaran virus.

Setelah liburan, banyak yang terjebak di kampung halaman mereka, karena pembatasan perjalanan baru mencegah mereka kembali ke kota tempat mereka bekerja.

Tahun ini, aula keberangkatan di stasiun kereta Beijing sebagian besar tetap kosong menjelang Tahun Baru Imlek. Seruan pemerintah agar masyarakat tetap tinggal di kota tempat mereka bekerja ternyata berhasil.

Pada 28 Januari tahun ini, Bandara Internasional Ibu Kota Beijing mengalami penurunan jumlah penumpang sebanyak 86% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Di seluruh negeri, penurunan penumpang udara sebesar 71% dibandingkan dengan tahun lalu, menurut Administrasi Penerbangan Sipil China.

Kementerian Perhubungan memperkirakan 1,15 miliar perjalanan akan dilakukan selama 40 hari periode perjalanan Tahun Baru Imlek tahun ini, 61% lebih sedikit dari tahun 2019 dan 22% lebih sedikit dari tahun lalu.

Jika perkiraan itu benar, itu akan menjadi jumlah perjalanan terendah yang dilakukan selama Tahun Baru Imlek sejak pemerintah mulai melakukan catatan perjalanan pada tahun 2003.




(ddn/sym)

Hide Ads