TRAVEL NEWS
Sarat Makna, Begini Tradisi Tedak Siten yang Masih Dilestarikan di Magelang

Saat ini, tak banyak yang melakoni Tedak Siten atau turun tanah. Namun, tradisi ini ternyata masih dilestarikan di Kabupaten Magelang.
Seperti yang dilakukan pasangan Abbet Nugroho dan Siti K yang tinggal di Dusun Karangtengah, Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Keluarga ini melakukan tradisi tedak siten untuk putera pertamanya, Gahez Rakai Pramudya Maheswara yang tepat berusia 7 bulan dalam perhitungan Jawa.
![]() |
Keluarga ini sengaja mengadakan tedak siten dan mengundang anak-anak lainnya datang di rumahnya. Uba rampai pun telah tersedia seperti tangga yang terbuat dari tebu wulung, jadah (makanan terbuat dari ketan) ada tujuh warna.
Kemudian ada kurungan ayam yang di dalamnya diletakkan baik mainan, buku, alat tulis, alquran, uang dan lain sebagainya. Selain itu, ada uang dan tumpeng, makanan tradisional maupun lainnya.
![]() |
Pelaksanaan tedak siten ini dipandu oleh seorang dalang Ki Eko Sunyoto. Adapun urut-urutan pelaksanaan tedak siten yakni dimulai dengan sungkeman. Dimana Maheswara dengan digendong orangtuanya meminta doa restu kepada neneknya.
Setelah itu, anak tersebut dibersihkan kedua kaki, tangan maupun mukanya dengan air yang telah diberi bunga. Selanjutnya, dia didandani (memakai) pakaian Jawa dan melakukan urut-urutan tedak siten. Mulai dari berjalan di atas jatah, kemudian menaiki tangga tebu, terus menginjak tanah.
![]() |
Usai dari menginjak tanah, Maheswara dimasukkan di bawah kurungan ayam. Diharapkan saat berada di bawah kurungan tersebut bisa memilih apapun yang disukainya. Kali pertama, anak ini mengambil mainan terbang. Sang dalang yang memandu menyampaikan, 'semoga kedepan Maheswara menjadi penerbang'," kata dalang. Selain itu, mengambil barang lainnya.
Maheswara yang digendong orangtuanya, kemudian mengambil uang dan diberikan kepada teman-temannya yang diundang tersebut. Terakhir, seorang tokoh agama Islam setempat, Mbah Jupri diminta memimpin doa.
"Tedak siten adalah sebenarnya bagaimana cara kita memaknai bagaimana hidup dilakukan. Bagaimana menjalani hidup, kemudian bagaimana proses kehidupan itu berakhir karena memang purwa (permulaan), madya (tengah), wasana (akhir)," kata Eko ditemui usai prosesi tedak siten, Jumat (19/2/2021).
Simak Video "Tedak Siten, Tradisi Jawa yang Masih Eksis hingga Kini"
[Gambas:Video 20detik]