Salah satu maskapai terbaik dunia, Qantas Airways, menghentikan penerbangan internasional sampai Oktober 2021. Sebabnya, mereka mengalami kerugian besar.
Maskapai asal Australia ini melaporkan adanya penurunan pendapatan sebesar USD 5,5 miliar (sekitar Rp 77 triliun) selama paruh kedua 2020. Mereka akhirnya harus menyetop untuk sementara penerbangan ke luar negeri karena pandemi Covid-19 yang juga tak pasti kapan usainya.
Di samping penurunan pendapatan, Qantas juga menyebut diperkirakan akan ada kerugian sebesar AUD 1,1 miliar (sekitar Rp 12 triliun) dalam 6 bulan sampai 31 Desember 2021. Sementara itu kerugian hukumnya sebesar AUD 1,5 miliar (hampir Rp 17 triliun).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angka-angka ini mencolok tetapi tidak mengejutkan," kata CEO Qantas Alan Joyce, seperti dikutip dari Channel News Asia.
"Setahun lalu, tidak ada dari kami yang tahu seberapa besar dampak Covid-19 terhadap dunia atau penerbangan. Ini jelas lebih buruk dari yang diperkirakan siapa pun," katanya.
"Penutupan perbatasan berarti kami kehilangan hampir 100 persen penerbangan internasional kami dan 70 persen penerbangan domestik kami (tiga perempat dari pendapatan kami), sekitar AUD 7 miliar (sekitar Rp 78 triliun)," ujarnya.
Joyce mencatat bahwa perusahaan telah mengalami penurunan pendapatan AUD 4 miliar (hampir Rp 45 triliun) selama paruh pertama tahun 2020, sehingga total dampak pandemi menjadi AUD 11 miliar (Rp 123 triliun).
"Itu jumlah yang sangat besar, mungkin jumlah yang lebih besar daripada yang dialami perusahaan lain di Australia karena COVID-19," katanya dalam konferensi pers.
Joyce mengatakan, sementara armada mereka diparkir, Qantas akan mengoperasikan penerbangan kargo.
Di samping itu, Qantas juga meningkatkan kapasitas penerbangan domestiknya. Pada akhir Maret, kapasitas diprediksi mencapai 60 persen sedangkan pada akhir Juni diperkirakan menyentuh angka 80 persen.
Sementara itu, Qantas telah membukukan kerugian sebesar AUD 1,9 miliar (sekitar Rp 21 triliun) dalam setahun pada 30 Juni nanti akibat pandemi COVID-19.
Kerugian ini menyebabkan Qantas harus merumahkan 8.500 karyawannya, di mana 7.500 orang lainnya akan ditangguhkan sampai penerbangan internasional dibuka kembali. Dari segi armada pesawat, Qantas telah meng-grounded 100 pesawat.
Baca juga: 20 Maskapai Teraman Dunia Tahun 2021 |
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan