Pria jadi pemimpin itu sudah biasa. Tapi bagaimana kalau wanita? Tantangan apa saja yang harus dihadapi?
Berparas lembut dan ceria, ibu dari dua anak ini tampak seperti wanita pada umumnya. Namun di balik senyumnya terdapat ketangguhan seorang wanita, dia adalah Veranitha Yosephine Sinaga.
Memulai karir di bidang pemasaran, Vera kini menjabat sebagai CEO AirAsia Indonesia. Tak hanya itu, dirinya adalah wanita Indonesia pertama yang menjabat direktur di AirAsia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan latar belakang yang berbeda 180 derajat, Vera mengaku bahwa dirinya tak pernah berhenti belajar. Baru menjabat sejak Juli 2019, Vera belajar dari banyak orang di lingkungan kerja.
![]() |
Tapi sebagai seorang istri dan ibu, dukungan utama datang dari rumah. Bagaimanakah peran keluarga di mata Vera?
"Peran keluarga itu sangat penting. Sebenarnya fase kritis seorang wanita itu bukan setelah lulus kuliah tapi setelah melahirkan anak pertama," cerita Vera kepada detikTravel.
Dalam hiruk pikuk kedai kopi, Vera menceritakan fase-fase terberat hidupnya hingga bisa duduk di kursi direktur AirAsia.
"Setelah melahirkan anak pertama, wanita itu biasanya kena baby blues. Itu saat di mana dia butuh dukungan. Apalagi kalau dia ibu yang bekerja," tuturnya.
Dukungan suami adalah kunci dari keberhasilannya saat ini. Karena sindiran dari keluarga besar mau tak mau akan sampai melihat jenjang karirnya yang melejit.
"Itulah mengapa, pilih suami penting. Pilih yang benar-benar mengerti kita bagaimana. Dari awal Saya sudah bilang sama suami kalau saya mau bekerja, dia pun menerima," celotehnya.
Penghargaan HeForShe yang diberikan oleh United Nation (UN) Women Di New York tahun 2016 lalu tak datang cuma-cuma. Dari basement kantornya, Vera memulai gerakan kecil untuk mendorong wanita-wanita di sana agar maju dan sukses.
"Saya selalu ingin memberikan dampak kepada lingkungan, khususnya perempuan. Oleh karena itu saya membuat gerakan-gerakan untuk memajukan perempuan yang ingin sukses tapi masih bingung caranya bagaimana," jelasnya.
Titel sebagai direktur wanita Indonesia pertama di AirAsia tak membuatnya berpuas diri. Vera ingin terus belajar agar dapat memberikan dampak kepada banyak orang, khususnya perempuan.
"Pemimpin wanita itu berbeda dengan pria. Kalau dia berhasil, dia akan membangun anak-anaknya, keluarganya. Wanita yang sukses akan membangun satu generasi," katanya.
Saat pertama kali datang ke AirAsia, hal pertama yang dilakukan olehnya adalah berkeliling kantor. Ia ingin melihat bagaimana suasana kantor yang kebanyakan diisi oleh pria.
"Saya langsung tanya saat itu di mana letak ruang ibu menyusui. Ternyata letaknya di ruang istirahat bersama dan ibu yang menyusui anaknya harus tutup diri pakai gorden gitu aja," ceritanya.
Tak pakai lama, Vera langsung meminta bagian-bagian terkait untuk membangun ruang ibu menyusui di sana. Buat Vera, seorang ibu bekerja bukanlah pekerjaan yang mudah.
"Seperti yang saya bilang tadi, syndrome setelah melahirkan anak pertama itu berat. Kalau pekerjaannya atau tempat kerjanya itu tidak mendukung, ibu akan mudah stress," ungkapnya.
Vera sendiri sangat mengapresiasi ibu yang bekerja. Berada di jajaran CEO, Vera ingin membuktikan kepada wanita-wanita Indonesia bahwa seorang ibu pun bisa menjadi pemimpin.
"Kebanyakan pemimpin itu pria, jadi aturannya kadang kurang bikin wanita nyaman. Kalau ada wanita di atas, maka wanita yang di bawah akan punya role mode untuk generasi selanjutnya," ujarnya semangat.
Kuat, tegas dan berani akan membuat kebanyakan wanita dicap keras. Padahal menurut Vera, sifat-sifat tersebut sangat umum ditemukan di dalam pemimpin pria.
"Wanita itu identiknya lembut dan keibuan. Tegas sedikit saja dibilang keras padahal enggak gitu. Beri wanita otoritas, maka segala hal yang terbaik akan dilakukan, woman make things happen," tuturnya.
Berdampak, itulah kata-kata yang menggambarkan posisinya sekarang. Dengan otoritas yang ada, Vera ingin mengubah banyak hal agar wanita bisa maju dan sukses.
"Dengan posisi sekarang sering melakukan perjalanan bisnis. Tapi suami dan anak mendukung. Justru kalau ada waktu ketemu jadi quality time, ada kangennya," ceritanya.
Namun karena pandemi, tantangan pun berubah.
"Baru bisa mengerti dunia maskapai itu 2-3 bulan setelah masuk, tapi langsung pandemi. Jadi tantangannya pandemi aja sih," pungkasnya.
AirAsia sendiri bukanlah pemain baru di dunia maskapai. Berbagai kebijakan guna memperketat pengeluaran dilakukan. Di tengah pandemi ini, AirAsia terus melakukan inovasi baru, salah satunya adalah ojol makanan.
Meski baru rilis di Singapura, ojol makanan AirAsia Food akan segera hadir di Indonesia di akhir tahun. Selain itu, rute-rute domestik baru juga tengah dipersiapkan.
(bnl/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!