Perjalanan Panjang Reza Nufa Jalan Kaki dari Ciputat ke Gunung Rinjani

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Perjalanan Panjang Reza Nufa Jalan Kaki dari Ciputat ke Gunung Rinjani

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Rabu, 10 Mar 2021 18:22 WIB
Pendaki Reza Nufa
Jalan kaki dari Ciputat ke Gunung Rinjani (Reza Nufa/Twitter)
Jakarta -

Inilah kisah perjalanan panjang pendaki bernama Reza Nufa, yang kini berumur 31 tahun. Di pamungkas masa mudanya, ia berjalan kaki dari Ciputat hingga ke Gunung Rinjani, Pulau Lombok.

Lima tahun yang lalu, tepatnya pada 16 Januari 2016, Reza memulai perjalanan panjang dengan berjalan kaki. Kota demi kota dilalui dan destinasi demi destinasi ia sambangi bertemu berbagai orang berbeda. Jika melihat perjalanan dari Ciputat, Tangsel, menuju Gunung Rinjani, itu sepanjang sekitar 1.500 kilometer.

Kini Reza menetap di Yogyakarta. Ia sudah sibuk menjadi kepala redaksi di penerbit Basabasi, Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut petikan wawancara detikTravel dengan Reza, Rabu (10/3/2021):

*) Bagaimana cerita awal mula melakukan perjalanan panjang ini. Mungkinkah ada alasan lain selain yang diungkap di Twitter? Kenapa ke Gunung Rinjani?

ADVERTISEMENT

Selain karena hidup yang buntu, saya ingin menjadikan perjalanan ini pemungkas masa muda. Semacam pintu menuju cara hidup baru. Gunung Rinjani memanggil saya dalam mimpi dan itu bikin kangen, sekalipun saya belum pernah ke sana sebelumnya.

*) Kuliah sudah selesai?

Saya berangkat ke Gunung Rinjani setelah sidang skripsi. Kuliah kelar, tapi skripsinya belum saya ambil sampai sekarang, ha-ha....

*) Apakah ada makna sesungguhnya yang didapat dari perjalanan panjang ini?

Untuk diri sendiri yang lebih rileks. Cara pandang saya banyak berubah, jadi lebih jernih, lebih apresiatif terhadap diri sendiri, juga orang lain. Itu modal penting yang membantu saya sampai hari ini.

*) Apa saja kesulitan yang dihadapi selama empat bulan berjalan kaki ke Gunung Rinjani?

Luka (fisik). Banyak sekali luka. Luka di kaki saya sempat bikin saya menggigil. Kulit tangan terbakar, melepuh seperti ular dan perih sekali awalnya. Semangat yang kadang kempis.

*) Tempat atau orang-orang di mana saja yang sangat terngiang dan patut diceritakan?

Bandealit, sebuah pantai di Meru Betiri (Banyuwangi). Megah sekali. Pada langkah pertama saya tiba di sana, saya langsung merinding. Ada suatu nuansa yang sulit dideskripsikan.

Di sana saya mengalami lagi rasa takut yang sempat hilang, dan ini bukan tentang hal mistis.

*) Butuh biaya berapa selama berkelana?

Logistik membutuhkan biaya Rp 2,5 juta. Belanja gear Rp 1 juta.

*) Apa pesan tersembunyi dalam buku yang telah terbit (Pulang ke Rinjani)?

Setiap manusia, sehancur apa pun proses hidupnya, selalu bisa memulai lagi. Itu hak spesial kita, sekalipun itu tak mudah.

*) Perjalanan ini untuk membuat sebuah buku atau spontanitas? Sudah membuat buku sebelumnya?

Perjalanan ini terjadi karena dorongan takdir. Sebelumnya saya pernah menulis buku, dan lucunya, di salah satu buku saya yang berjudul Hanif, tokoh utamanya kabur dari rumah dan menggelandang ke arah timur Indonesia, mirip seperti apa yang saya jalani.

*) Bagaimana dengan reaksi keluarga?

Mamak saya menangis terus ketika saya bilang mau jalan kaki ke Gunung Rinjani. Bapak lebih banyak diam dan mengerti.

Saya sendiri saat itu percaya bahwa perjalanan ini adalah sebuah keharusan, jadi tak mungkin mundur oleh apa pun.

*) Apakah buku (Pulang ke Rinjani) itu sepenuhnya atau mengandung fiksi?

Buku itu sepenuhnya nyata, cuma memang dikemas seperti fiksi supaya lebih menarik.




(msl/ddn)

Hide Ads