Awas Cagar Budaya di Yogyakarta Dilibas Pembangunan Kota

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Awas Cagar Budaya di Yogyakarta Dilibas Pembangunan Kota

Jauh Hari Wawan S - detikTravel
Jumat, 12 Mar 2021 15:53 WIB
Koordinator Staf Khusus Presiden RI Ari Dwipayana saat meninjau cagar udaya di Yogyakarta, Jumat (12/3/2021).
Koordinator Staf Khusus Presiden RI Ari Dwipayana saat meninjau cagar budaya di Yogyakarta, Jumat (12/3/2021). (Jauh Hari/detikTravel)
Jakarta -

Upaya pelestarian dan pengembangan cagar budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghadapi tantangan berat. Salah satunya, perluasan dan percepatan pembangunan kota yang padat penduduk.

Penilaian itu disampaikan oleh Koordinator Staf Khusus Presiden RI Ari Dwipayana. Padahal, cagar budaya di DIY memiliki potensi besar.

"DIY ini padat cagar budaya tetapi tantangannya sekarang itu banyak cagar budaya berada di daerah yang sudah berkembang menjadi kota metropolitan, wilayah perkotaanya yang sangat padat, ini tantangannya," kata Ari saat mengunjungi Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY, Jumat (12/3/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan cagar budaya bukan hanya sebatas candi, namun ada bangunan lain yang masuk kategori cagar budaya.

"Karena kita tahu cagar budaya bukan hanya candi, tetapi juga bangunan, struktur, atau benda yang merupakan warisan budaya, termasuk bangunan heritage (warisan) di sepanjang kawasan Jalan Malioboro," dia menjelaskan.

ADVERTISEMENT

Nah, agar cagar budaya Yogyakarta tetap terjaga, Ari bilang harus ada sinergi antara pengelola dan pemerintah daerah.

"Bekerja sama dengan Pemda harus lebih kreatif, jangan sampai membangun dan merawat cagar budaya ini hanya dipandang cost center, akan membebani anggaran pemda, tapi ini sebagai investasi budaya yang akan juga berdampak ekonomi untuk daerah dan masyarakat," kata dia.

Ari mengapresiasi kerja sama BPCB dengan Pemda Sleman dalam mengelola delapan candi (Candi Gebang, Candi Sari, Candi Sambisari, Candi Barong, Candi Ijo, Candi Kalasan, Candi Kedulan, Candi Banyunibo). Model kerja sama tersebut bisa dijadikan contoh bagi daerah lainnya.

"Sehingga nanti ada dua model yang bisa diterapkan dalam pengelolaan dan pengembangan cagar budaya, bisa model kerja sama 8 candi seperti BPCB-Sleman, atau bisa juga model seperti pengelolaan langsung oleh Taman Wisata Candi (BUMN)," tutur Ari.

Usai berkunjung ke BPCB, Ari dan rombongan meninjau langsung ke kawasan Candi Kalasan, Candi Kedulan, Situs Dawangsari, Candi Barong, dan Candi Ijo. Menurut Ari candi-candi yang ada jika selesai dipugar akan menjadi sangat indah.

"Ini untuk lebih bagus promonya, perlu dirutinkan nanti tentu saja setelah pandemi, berbagai festival yang latar belakangnya candi-candi ini, pasti sangat menarik dan bagus untuk promosi ke depan," kata Ari.

Sementara itu, Kepala BPCB DIY Zaimul Azzah mengungkapkan jumlah cagar budaya di DIY umumnya terkonsentrasi di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.

Zaimul mengakui kendala terbesar yang dihadapi selama ini adalah pembebasan lahan warga di sekitar penemuan cagar budaya.

"Biasanya kalau di lahan warga itu sulit dicapai titik temu terkait harga tanah," kata Azza.

Tantangan lain, kata Azza, yakni minimnya SDM. Terutama, juru pugar dan pelestari.

"Tantangan lainnya yaitu ketersediaan SDM khususnya juru pugar dan juru pelestari yang semakin hari semakin banyak yang memasuki usia pensiun, sementara belum bisa kita angkat lagi karena ada moratorium, tidak boleh juga angkat honorer atau profesional," kata dia.




(fem/fem)

Hide Ads