Traveler mendapatkan pilihan moda transportasi lebih banyak untuk menuju Bandara Soekarno Hatta. Kini, hadir taksi terbang.
Selain kereta bandara, transportasi online, ataupun Damri, kini traveler bisa menuju bandara Soetta dengan taksi terbang. Traveler akan diantar dengan helikopter.
"Cengkareng Heliport atau kita menyebutnya CHP menjadi satu-satunya heliport yang berada di samping Bandara Soetta, bandara terbesar di Indonesia. Ini sebagai kelengkapan moda transportasi alternatif menuju bandara yaitu dengan helikopter," ungkap Denon Prawiraatmadja, CEO PT Whitesky Aviation, saat dijumpai di Heliport Cengkareng, Jumat (12/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Denon bilang ide pelayanan taksi terbang itu meniru negara lain dan sudah dirancang sebelum pandemi Covid-19.
"Sebelum Covid-19, penumpang di Bandara Soekarno Hatta mencapai 60 juta orang dan diharapkan dengan ditambahnya runaway ketiga akan menyentuh 100 juta penumpang per tahunnya jika tidak terjadi Covid-19. Dan, mode transportasi menuju bandara akan sangat baik jika kita menyediakan multi moda menuju ke bandara," kata Denon.
"Itu seperti kota dan negara maju, contohnya Amerika Serikat, Brazil, Prancis, New Zealand dimana kebanyakan airport besar ada heliportnya," dia menambahkan.
"Inilah konsep yang diajukan Whitesky ke angkasa Pura II dan Alhamdulillah disambut baik hingga Bandara Soetta mempunyai alternatif moda connectivity dari airport menuju sekitar Jakarta, Cirebon, Bandung dan sekitarnya," Denon menjelaskan.
![]() |
Heliport Cengkareng baru selesai dibangun pada Agustus 2020. Adapun luas lahannya 3 hektar dengan 7 parkir area dan berkapasitas 40 helikopter. Ada tiga armada yang beroperasi di Cengkareng Heliport.
Denon menyebut siapapun bisa menggunakan taksi terbang ini. Utamanya, mereka yang membutuhkan fleksibilitas waktu dan kecepatan.
"Segmen market kita direntang Rp 8 juta - Rp 20 jutaan. Biaya ini belum masuk untuk biaya take off dan landing, ya. Landing di hotel itu satu kali kena Rp 5 juta, masuk ke Cengkareng Rp 5 juta juga. Jadi, bisa kena Rp 30 juta. Dari situ kita bisa menyasar kepada penumpang yang butuh fleksibilitas waktu dan kecepatan," ujar dia.
Kendati harga sewa taksi terbang itu cukup wow, Denon optimistis layanan tersebut bakal laris. Sebab, ada situasi tertentu yang menuntut kecepatan.
"Fungsi lain juga untuk medical atau emergency. Bicara soal kesehatan atau kebutuhan mendadak, atau bencana ini menjadi priceless, artinya nilai berapapun tidak menjadi permasalahan," kata Denon.
"Contohnya, beberapa kali kami mendapatkan permintaan dari salah satu pengguna dari wilayah Cirebon dalam keadaan sakit dan perlu diangkut ke Jakarta. Hal seperti inilah yang ditawarkan dari sisi Bandara Soetta," dia menambahkan.
"Mungkin dibilang dari segmen masyarakat pada umumnya mungkin tidak terjangkau, namun dalam keadaan darurat tentu mereka akan mengupayakan ini karena pilihannya adalah nyawa mereka," dia optimistis.
Denon berharap nilai rupiah stabil terhadap USD. Sebab, banyak bagian dari helikopter dan layanan penerbangan privat itu diimpor.
"Ini berarti taksi terbang helikopter bukan hanya untuk VIP, memang yang premium dampaknya adalah nilai tukar. Spare part masih impor karena memang produk helikopter semua dari luar," ujar Denon.
"Kami harus pintar-pintar mengatur strategi harga dan negosiasi dengan manufaktur dan leasing company agar harga HeliCity ini bisa menjangkau segmen market yang luas," Denon menjelaskan.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol