Apa Arti Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Apa Arti Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia?

Hari Suroto - detikTravel
Minggu, 21 Mar 2021 11:11 WIB
Kampung Yoboi di Papua
Kampung Yoboi di Papua (Foto: Hari Suroto)
Jakarta -

Wilayah Pasifik mengandung masyarakat dan budaya yang unik dan menarik. Traveler sudah tahu arti dan makna dari Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia?

Wilayah Pasifik yang luas terbagi menjadi beberapa wilayah geografis. Pasifik bagian utara ada Mikronesia, di bagian tengah sampai ke timur ada Polinesia, dan di bagian barat ada Melanesia.

Nama-nama ini berasal dari bahasa Yunani dan bahasa Latin. Akhiran setiap kata berasal dari nesos yang berarti pulau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, awalan setiap kata tersebut adalah mikro berarti sangat kecil, poli berarti banyak, dan melano berarti hitam. Nama-nama tersebut merupakan gambaran singkat tentang pulau-pulau di ketiga wilayah tersebut.

Pulau-pulau yang menjadi wilayah Mikronesia adalah pulau-pulau kecil. Wilayah Polinesia bisa ditemui banyak sekali pulau.

ADVERTISEMENT

Sementara itu Melanesia secara harfiah berarti pulau-pulau hitam. Melanesia juga berarti pulau-pulau yang dihuni oleh orang-orang berkulit hitam.

Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1823 oleh seorang pelaut Normandia bernama Jules Dumont d'Urville. Melanesia meliputi Timor, Alor, Halmahera, Papua, Papua Nugini, Solomon, Vanuatu, Kaledonia Baru (French Polynesia), dan Fiji.

Meskipun kata Melanesia secara harfiah berarti penghuni pulau berkulit hitam, namun cakupan penggunaan istilah ini sebenarnya jauh lebih luas daripada sekadar menunjuk pada suatu areal geografis yang hanya meliputi wilayah Papua dan Papua Nugini saja.

Ini berarti, orang Papua bisa saja tergolong sebagai orang Melanesia. Namun orang Melanesia tidak otomatis tergolong sebagai orang Papua.

Jules Dumont d'Urville adalah perwira korps angkatan laut Prancis, pada 1823 ia menjadi wakil komandan kapal la Coquille, dibawah pimpinan Louis-Isidore Duperrey. Kapal la Coquille sempat berlabuh di Pulau Waigeo, Raja Ampat.

Sebelumnya, pelaut Prancis lainnya, Louis-Antoine de Bougainville dalam perjalanan keliling dunia pada 1769 mencapai pantai yang rendah dan berawa-rawa di Papua. Sekitar 45 awak kapal terkena penyakit skorbut, akibat kurang mengkonsumsi makanan segar.

Tiba-tiba muncul satu perahu bercadik didayung oleh satu orang Papua. Ia memberìkan air bersih, tepung sagu, buah-buahan, keladi dan buah pinang, sungguh pertolongan yang tak seberapa tapi sangat membantu sekali.

---

Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(msl/msl)

Hide Ads