Kapal kontainer terbesar di dunia nyangkut dan memblokir Terusan Suez. Beginilah gambaran nakhoda mengemudikannya.
Ever Given, kapal dari Taiwan Evergreen Marine jadi sorotan dunia selama lebih dari sepekan. Armada seukuran kota kecil ini tak benar-benar memiliki rem.
Kapal kontainer Ever Given menabrak sisi jalur air pada tanggal 23 Maret, menurut Otoritas Terusan Suez. Kendaraan itu disapu oleh angin sekuat 40 knot dan jarak pandang rendah yang disebabkan oleh badai pasir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, bagaimana perspektif kapten dalam mengarahkan kapal-kapal terbesar di dunia? Berikut kata ahli kelautan, seperti dilansir CNN.
Perspektif kapal kontainer
Kapten Yash Gupta mengemudikan kapal kontainer yang melintasi lautan dunia. Dia telah bekerja di laut selama hampir 20 tahun.
Gupta menyebut kehidupan pelaut amat tak terduga, tapi sangat menarik. "Jika Anda berada di laut dalam operasi normal, rasanya cukup santai," katanya.
"Suatu hari, Anda melihat air tenang dan kapalnya stabil. Anda bangun di pagi hari, lalu melihat badai datang dengan ombak mungkin setinggi lima-delapan meter. Anda tidak pernah tahu," imbuh dia.
Kuncinya, katanya, adalah membuat rencana. Di kapal, Gupta mengepalai sekitar 20 hingga 25 orang dengan kontrak kru mulai dari empat hingga sembilan bulan.
Bersama dengan tim navigasinya, Gupta dengan hati-hati memetakan rute sebelum pelayaran dimulai. Mereka memperhitungkan kondisi pasang surut dan cuaca.
Angin merupakan pertimbangan yang sangat penting untuk kapal kontainer. Karena, kontainer yang ditumpuk membuat angin berputar.
Dia mengatakan efek angin semakin tidak terkendali karena kapal berada di dalam air. Tidak mungkin menggunakan cara yang sama saat menggunakan mobil yang bergerak, yakni menginjak rem.
![]() |
Dan, seberapa cepat kapal kontainer bisa dihentikan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Gupta menunjuk pada permintaan kargo yang sangat tinggi. Kapal ini dibuat untuk mengakomodir begitu banyak barang dan dibawa dengan secepat mungkin.
Sebuah kapal kontainer yang melaju dari kecepatan tertinggi hingga ke dermaga membutuhkan jarak sekitar 3 kilometer. Waktu yang dibutuhkan antara 14 hingga 16 menit.
Mekanisme kemudi bervariasi di tiap kapalnya. Beberapa digerakkan oleh dial, tombol, dan tuas juga roda kemudi.
Saat menavigasi Suez, kapal melakukan perjalanan dalam konvoi. Mereka harus berlayar dengan kecepatan yang kurang lebih sama dengan kapal yang mereka ikuti, waktu melewatinya antara 12-16 jam.
Saat melewati Terusan Suez, akan ada perwakilan otoritas yang naik kapal. Mereka akan membantu kapten menavigasi kapal.
Yang terpenting, pilot di Suez adalah ahli topografi daerah tersebut. Mereka tahu pasang surut, mereka tahu kedalaman air, mereka tahu lebar kanal.
Saat kapal melintasi kanal, umumnya tidak ada yang dapat menyalip satu sama lain, meski di beberapa bagian lebih lebar dan kapal diizinkan untuk menyalip.
Pilot akan berkomunikasi satu sama lain melalui komunikasi radio untuk membahas manuver tersebut. Dalam proses ini, ada pula keterlibatan kontrol lalu lintas udara.
Selanjutnya, perspektif kapal pesiar >>>
Perspektif kapal pesiar
Kapal pesiar yang melintasi Terusan Suez atau perairan sempit lainnya mengalami tantangan yang sama seperti kapal kontainer. Pertama, mereka juga sangat tinggi.
"Semakin tinggi kapal, semakin banyak angin yang menerpa, semakin rentan terhadap efek angin, sehingga semua itu harus dipertimbangkan," kata Kapten David Bathgate dari Seabourn Cruise Line milik Carnival.
Bathgate memiliki pengalaman pelayaran puluhan tahun. Dalam dua dekade terakhir, ia bekerja di kapal kargo, kapal curah, kapal kontainer, dan kapal tanker minyak.
Seperti Gupta, dia bekerja dengan tim di kapal untuk membuat rencana pelayaran. Ada empat langkah yang harus disiapkan, yakni penilaian, perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.
Penilaian memastikan tim memiliki grafik yang benar, peringatan navigasi dan kondisi meteorologi terkini.
"Kemudian perencanaan, membuat rute itu sendiri melalui berbagai bahan. Pelaksanaan membawa kapal itu ke tujuan dan pemantauan yang melibatkan pengawasan terhadap kapal dalam perjalanan dan memastikan kapal berada di jalur yang benar," terang dia.
![]() |
Bathgate mengatakan setiap rencana pelayaran akan diperiksa oleh setidaknya empat orang, termasuk navigator senior dan petugas lingkungan.
Sebelum menavigasi jalan sempit, seperti Suez, tim Bathgate akan memastikan mereka sadar akan kedalaman, lebar jalur air dan bahaya navigasi tambahan di dalamnya.
Karena, di sana bisa terdapat area dangkal hingga tikungan. Meskipun kondisi topografi tersebut tidak mungkin berubah, cuaca yang tidak terduga dapat memberikan efek yang tidak terduga.
"Di Suez, misalnya, salah satu bahaya utama adalah badai pasir. Jadi dengan sangat cepat dan tanpa peringatan, angin yang sangat kuat dapat menyergap dengan jumlah pasir yang signifikan dan mengurangi jarak pandang," kata Bathgate.
Bathgate juga mencatat saat kapal transit di kanal saat akan konvoi menggunakan. Jadi ketika mereka mendekati kanal, mereka berlabuh dan menunggu konfirmasi slot waktu.
"Kapal pesiar biasanya diberi nomor satu dalam konvoi dan sering diikuti oleh kapal kontainer besar," katanya.
Kapal pesiar biasanya mendapat prioritas karena jumlah penumpangnya dan bekerja dalam waktu yang sempit. Ini tidak hanya terjadi di Suez, tetapi juga di perairan lain.
Biasanya dua atau tiga pilot Suez akan naik kapal pesiar untuk membantu transit. Jadi seberapa mudah kapal pesiar bisa memperlambat atau mempercepat lajunya, ini sangat mirip dengan kapal kontainer.
"Jika kami ingin melakukan crash stop dengan menggunakan mesin secara penuh, maka hanya akan memakan waktu kurang dari lima menit, dan jarak tiga perempat mil. Untuk ukuran kapal, itu angka yang cukup mengesankan," jelas Bathgate.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol