Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul akhirnya membuka kembali program live in. Tapi karena masih pandemi, live ini tidak menginap di rumah penduduk melainkan di dome yang berada di sekitar Gunung Api Purba.
"Untuk live in sudah dibuka sejak Maret. Tapi live in kali ini menginapnya di dome dan tidak di homestay karena kita belum siap," kata Bidang Pemasaran Pokdarwis Gunung Api Purba Nglanggeran Heru Purwanto saat dihubungi wartawan, Sabtu (3/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 'Jogja yang Ngangenin, Jogja yang Damai' |
Heru menjelaskan, perbedaan live in sebelum pandemi dengan saat pandemi memang terletak pada perbedaan tempat bernaung. Di mana untuk live in saat ini menggunakan tenda kecil atau dome.
"Tapi jangan takut, kalau musim hujan seperti saat ini dome diletakkan di balai. Jadi wisatawan aman dan tidak terkena air hujan, selain itu masih bisa menikmati sensasi tinggal di tenda," ujarnya.
Heru mengungkapkan bahwa live in adalah paket wisata yang mengajak wisatawan belajar mengenai perkebunan dan olahan kakao hingga peternakan kambing milik masyarakat. Selain itu, live in juga memberi kesempatan wisatawan untuk belajar mengenai budaya Jawa seperti tradisi kenduri, pakaian adat jawa, hingga belajar mengenai karawitan.
Lanjutnya, Heru menyebut jika syarat live in di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran minimal 40 orang. Akan tetapi, saat ini pihaknya melayani rombongan kecil misalnya 5 orang namun dengan biaya yang lebih mahal.
"Kalau untuk rombongan besar atau minimal 40 orang, untuk live in 40 orang, menginap 2 hari 1 malam dikenakan biaya Rp 450.000 perorang. Tetapi biaya itu bisa dikurangi tergantung fasilitas yang akan diambil," katanya.
Lebih lanjut, bagi pengunjung yang akan mengikuti live in harus melampirkan syarat minimal rapid test antigen. Bukan tanpa alasan, semua itu untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Untuk live ini kita menyaratkan agar melampirkan hasil rapid test. Selain itu wisatawan juga diminta menerapkan protokol kesehatan secara ketat," ucapnya.
Baca juga: Gunung Kidul Rindu Turis |
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum