Apa Alasan Utama Warga Menyeberang di Perbatasan Papua Nugini?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Apa Alasan Utama Warga Menyeberang di Perbatasan Papua Nugini?

Hari Suroto - detikTravel
Minggu, 11 Apr 2021 17:20 WIB
TNI menggelar razia pemeriksaan di PLBN Skouw
Foto: Ilustrasi pemeriksaan di perbatasan PLBN Skouw (Muhammad Ridho/detikcom)
Skouw -

Baru-baru ini, Gubernur Papua tertangkap masuk ke Papua Nugini secara ilegal. Sebenarnya, apa alasan utama warga menyeberang perbatasan Indonesia-Papua Nugini?

Indonesia memang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Orang-orang yang tinggal di wilayah perbatasan biasa disebut sebagai penduduk pelintas batas.

Penduduk pelintas batas di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pelintas batas tradisional dan pelintas batas modern. Pelintas batas tradisional dapat diartikan sebagai mobilitas yang dilakukan penduduk dengan tidak memakai pasport.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi pelintas batas tradisional hanya melapor di PLBN Skouw atau PLBN Sota untuk mendapatkan izin lintas batas atau pas jalan. Izin lintas batas ini berupa kartu merah bagi WNI dan kartu kuning bagi warga PNG.

Pas lintas batas ini hanya diberikan pada masyarakat yang tinggal di kampung-kampung perbatasan dan hanya berlaku untuk pemegang kartu tersebut, sedangkan penduduk yang tinggal di luar wilayah perbatasan memerlukan visa dan paspor.

ADVERTISEMENT

Yang disebut dengan pelintas batas modern adalah pelintas batas yang dilakukan secara formal oleh penduduk dengan menggunakan paspor dan visa untuk mendapatkan izin lintas batas. Visa kunjungan ke PNG ini dapat diperoleh di konsulat jenderal Papua Nugini Kota Jayapura.

Selain kedua kelompok pelintas batas tersebut ada pula pelintas batas penduduk secara ilegal. Mereka tidak menggunakan pas lintas batas maupun paspor. Biasanya melalui jalan darat alternatif atau disebut juga jalan tikus.

Alat transportasi yang dilakukan oleh pelintas batas tradisional adalah berjalan kaki. Selanjutnya menggunakan Damri atau angkot yang biasa disebut juga taksi ke Kota Jayapura.

Uniknya, jumlah pelintas batas dari PNG menuju Kota Jayapura lebih banyak dibandingkan WNI yang ke PNG.

Umumnya pelintas batas dari PNG berasal dari Wutung, Nusu, Yako, Lido, Vanimo di Sandaun Province. Para pelintas batas PNG ini lebih banyak berbelanja. mereka sangat menyukai barang Indonesia.

Sebelum berbelanja mereka menukarkan terlebih dulu uang kina dengan rupiah. Untuk uang satu kina Papua Nugini bernilai Rp 5 ribu.

Alasan pelintas batas dari Papua Nugini berbelanja di Indonesia yaitu berbelanja ke Kota Jayapura relatif lebih dekat jika dibandingkan ke Port Moresby. Barang di Kota Jayapura juga relatif murah dibandingkan dengan nilai tukar kina.

Jenis barang di Kota Jayapura juga lebih beragam dan kualitas barang produk Indonesia dinilai lebih baik. Barang-barang yang biasanya mereka beli di Kota Jayapura yaitu mie instan, kopi sachet, teh, sabun, detergen, rokok, vetsin, susu kaleng, minyak goreng, minuman kaleng, beras dan kebutuhan pokok lainnya.

---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(wsw/wsw)

Hide Ads