Sebuah gerakan sedekah sampah dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam menangani sampah.
Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) diinisiasi oleh Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Ini adalah suatu penerapan dari fatwa yang kami tetapkan nomor 47 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah untuk perlindungan ekosistem," kata Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (PLH dan SDA) MUI, Hayu S. Prabowo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Perayaan Sedekah Bumi di Punthuk Setumbu |
Hayu menuturkan, Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah terbesar kedua di dunia dan penghasil sampah makanan organik terbesar di dunia setelah Arab Saudi. Tentunya ini bukanlah ajaran islam.
"Di sinilah faktor salah satu pendorong bagaimana sampah ini sekarang tidak saja dari sudut pengolahannya yang yang harus kita perbaiki tapi sudah bisa membahayakan manusia," tutur Hayu.
"Mikroplastik itu mencemari perairan laut kita, dari darat ke laut, di laut ini kemudian ikan-ikan pada makan sampah plastik, kemudian garam kita juga tercemar," tambahnya.
Apalagi bagi umat muslim, air tidak hanya untuk kehidupan, namun juga untuk beribadah. Maka, masyarakat khususnya umat islam didorong untuk menjaga kebersihan, misalnya, dengan mengelola sampah yang masih ada nilainya.
"Jadi, kalau mengurangi sampah juga mengelola sampah itu merupakan ibadah, karena sekecil kecil iman adalah kita menghilangkan halangan dari jalan," kata Hayu.
Sehingga program GRADASI ini mengajak masyarakat tak hanya melakukan aksi sosial menjaga lingkungan, namun juga dengan nilai sedekah di dalamnya. Sehingga masyarakat akan tergerak untuk mengeluarkan sedekah dengan cara yang mudah.
"Pertama adalah untuk bisa memberikan motivasi bahwa gerakan ini adalah gerakan ibadah. Kalo bank sampah motivasinya lebih ke ekonomi ya, kalo kita motivasinya adalah ibadah. Jadi berapapun sekecil nilai apapun itu ibadah, sedekah. Nah ini yang kami dorong," kata Hayu.
"Kedua perubahan perilaku, perilaku itu bahwa pilihlah sampah dari rumah sampah yang bersih untuk disedekahkan ke masjid. Nah ini juga diharapkan pada bulan Ramadhan ini kita bisa meningkatkan ketaqwaan bukan hanya sholat dan puasa tapi juga sosial yaitu sedekah plus menjaga akhlaq," tambah Hayu.
Terdapat enam masjid yang sudah bersedia mengikuti GRADASI, dua di antaranya, Masjid Raya Bintaro Jaya dan Al Muharrom di Yogyakarta bahkan sudah berpengalaman dalam menjalankan pengelolaan sampah. Nantinya diharapkan akan semakin banyak masjid yang ikut dalam program ini.
"Insyaallah nanti hari Ahad ada 12 masjid lagi di bawah MRBJ (Masjid Raya Bintaro Jaya) yang akan ikut juga turut serta dalam program ini, secara volunteer," kata Hayu.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan