Soal Larangan Mudik, Jangan Sampai Indonesia Ikuti India

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Soal Larangan Mudik, Jangan Sampai Indonesia Ikuti India

Antara - detikTravel
Minggu, 02 Mei 2021 13:58 WIB
Terminal Terpadu Pulo Gebang disipakan untuk perjalanan mendesak dan nonmudik. Begini kondisi di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta, jelang larangan mudik, Minggu (2/5).
Ilustrasi pemudik (Rengga Sencaya/detikTravel)
Jakarta -

Larangan mudik 2021 yang ditetapkan Pemerintah masih hangat dibicarakan. Terkait hal itu, epidemiolog setuju agar Indonesia tak jadi seperti India.

Epidemiolog dari Universitas Hasanuddin Makassar, Prof Dr Ridwan Amiruddin mengatakan, Indonesia harus belajar dari gelombang kedua COVID-19 yang terjadi di India. Di mana masyarakatnya merayakan hari besar keagamaan tanpa mematuhi protokol kesehatan.

Kerumunan besar-besaran pun terjadi di sana sehingga penyebran COVID-19 terjadi secara masif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di India itu ada faktor utamanya pemilukada, perayaan agama, pelonggaran protokol kesehatan, euforia vaksin, orang desa kembali ke kota untuk bisnis dan institusi yang tidak melaksanakan protokol kesehatan ditambah lagi dengan mutasi virus," ujar Prof Ridwan dalam webinar 'Kontroversi Mudik Lebaran Saat COVID-19 Belum pensiun,' Sabtu, (1/5/2021).

Prof Ridwan mengatakan, Indonesia masih jauh dari kata aman terhadap virus corona. Sebab angka positif rate-nya masih di atas 10 persen yang berarti virusnya masih liar," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pelarangan mudik itu ditujukan untuk mengendalikan penyebaran COVID-19, khususnya pada orang-orang tidak bergejala.

"Pelarangan mudik itu prinsip dasarnya adalah mengurai kerumunan. Jadi semakin tinggi kerumunan di ruang tertutup maka transimisinya akan makin meningkat," sebutnya.

Saat mudik, kendaraan akan dipenuhi dengan rombongan keluarga di mana protokol kesehatan akan sulit dilaksanakan. Lalu saat tiba di tempat tujuan, orang-orang dari kota yang pergi ke desa membawa virus pada tubuh mereka dan meninggalkannya ketika kembali ke tempat asal.

Durasi perjalanan mudik juga dapat memicu penyebaran virus corona. Jika perjalanannya lama, maka kemungkinan terpaparnya akan lebih tinggi. Apalagi jika alat transportasinya tidak didukung dengan sistem penyaringan dan pembersih udara yang baik.

"Lalu kebersihan makanan, transmisi ini bisa terjadi karena pada proses makan bersama. Hasil studi menunjukkan bahwa penularan terjadi pada saat proses santap bersama, penggunaan sendok bersamaan, penggunaan alat-alat makan bersama itu adalah pemicu," tuturnya

Perilaku pemudik, disebut Prof Ridwan cenderung tidak mengikuti protokol kesehatan ketika sudah lelah. Hal itu juga dapat memicu turunnya imun badan dan memudahkan terpapar.




(rdy/rdy)

Hide Ads