Ini Alasan Bus Lintas Jawa-Sumatera Tak Dapat Makan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Alasan Bus Lintas Jawa-Sumatera Tak Dapat Makan

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Minggu, 09 Mei 2021 08:42 WIB
Pemudik berada di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa (4/5/2021). Jumlah penumpang yang berangkat dari Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, terus meningkat menjelang diberlakukannya aturan larangan mudik Lebaran 2021.
Bus PO SAN (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Bus lintas Jawa-Sumatera tidak menyediakan makan meski kelasnya eksekutif. Kenapa demikian dan apa alasannya?

Kurnia Lesani Adnan, direktur utama PT. SAN Putra Sejahtera (PO SAN), menguraikan alasannya. Layanan makan sempat ramai jadi pertanyaan masyarakat.

"Nggak cuma SAN, kenapa di Sumatera nggak ada servis makan. Jawa ada servis makan," kata dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sani mengatakan bahwa bahwa hal pertama yang menghalangi adalah soal waktu. Ia kesusahan menentukan jam makan bila jarak naik penumpang terlalu dekat dengan rumah makannya.

"Kita nggak ngasih makanan ringan karena titik naiknya banyak. Contoh, dari Blitar titik naiknya bisa sampai Palimanan. Kalau kasih dari Solo, di Gringsing sudah akan berhenti makan besar," kata Sani.

ADVERTISEMENT

Kedua, ada perbedaan manajemen rumah makan di Jawa dan Sumatera. Atas dasar inilah yang membuat peniadaan layanan itu.

"Susah menentukan jamnya kalau ada servis makan. Kan nggak bisa tepat jam sekian sampai rumah makan," ujar Sani.

"Kemudian ada perbedaan pola manajemen restoran di Sumatera dan Jawa itu berbeda. Unik," dia menegaskan.

"Mereka bagi hasil. Kalau di Jawa, karyawan restoran itu kan dari gaji," kata Sani menambahkan.

Sani juga mengatakan bahwa uang makan bukan diberikan oleh perusahaan. Namun, penumpanglah yang menitipkannya pada PO untuk dibayarkan ke rumah makan.

"Kalau kita kasih servis makan, sorry ya, karena servis makan itu yang kalian bayar sebesar Rp 15.000-20.000. Jadi cost itu dibayar penumpang," kata Sani.

"Kalau penumpang nuntut nggak ada servis makan sebenarnya sama saja dibayarkan perusahaan atau bayar sendiri. Kan bedanya cuma itu," dia menambahkan.

"Pun dikasih servis makan adanya aneh-aneh, cuma kuah sop atau capcay," kata dia lagi.

Untuk diketahui, PO SAN pernah menerapkan kupon makan sekitar tahun 1995-97'. Tapi, pada akhirnya rumah makan itu keberatan dan lama-lama ogah-ogahan melayani penumpang.

"Karena itu tadi, dari sisi hitungan bagi hasilnya susah. Misal, bujet Rp 15.000 mungkin bahan sayur segala macam sedikit lebih mahal di Sumatera dan dapatnya apa? Jadi, kita mau bikin varian kalau kita paksa mereka malah nombok," kata Sani.

"Kalau sesuai bujet yang di spare adanya itu doang. Apa adanya kan nggak baik juga dan jadi komplain terus terang," kata dia lagi.

"'Oh kok cuma itu doang. Itu-itu aja.' Akhirnya ya sudahlah. Bingung lho uang segitu dapat apa di rumah makan Padang?," kata Sani.

Sani menegaskan bahwa kultur layanan makan bus lintas Jawa-Sumatera memang berbeda. Dia kesulitan dan memutuskan untuk nggak memberikan fasilitas itu.




(msl/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Bus Malam Wangi Bebas Rokok
Bus Malam Wangi Bebas Rokok
20 Konten
Perusahaan Otobus yang satu ini terkenal dengan inovasi dan desain terbaru dan tangguh untuk melayani trayek Sumatera yang penuh tantangan. Ini lah PO SAN.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads