Inilah kisah Maximillian J. Ammer, seorang Belanda pelopor menyelam di Raja Ampat. Saking cintanya dengan Raja Ampat, dia kini punya dua resor di Pulau Kri.
Resor tersebut dekat Pulau Mansuar yaitu Kri Eco Resort dan Sorido Bay Resort. Semula, Max Ammer, begitu dia akrab disapa, mengenal Kepulauan Raja Ampat saat menyisir peninggalan Perang Pasifik yang tenggelam di lautan.
Max Ammer berhasil menemukan bangkai pesawat tempur P47D sepanjang 15 meter di kedalaman sekitar 26-33 meter di dasar berpasir dekat Pulau Wai. Selain itu, Max juga menemukan bangkai pesawat Thunderbolt di perairan Pulau Batanta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Max Ammer dibantu warga setempat mencari dan memetakan situs menyelam di sekitar Pulau Kri dan Mansuar yang berjumlah lebih dari 30, dan kini menjadi situs-situs menyelam terbaik di utara Raja Ampat.
Max Ammer kemudian mendirikan Papua Diving. Max Ammer memiliki dua orang anak yang dijadikan nama lokasi spot menyelam di Raja Ampat yaitu Mike's Point dan Melissa's Garden.
Baca juga: Asal Mula Raja Ampat Versi Kesultanan Islam |
Mike adalah nama anak pertama Max Ammer. Mike's Point berlokasi hanya lima menit naik kapal ke arah utara dari Pulau Kri, situs ini paling ideal diselami di pagi hari, ketika air belum pasang dan arus belum terlalu kencang.
Bebatuan yang menyembul di permukaan air menawarkan topografi unik, sementara pemandangan bawah airnya merupakan paduan gua, overhang, pinnacle, dan dataran yang dipenuhi kipas gorgonia beraneka warna.
Dengan kedalaman maksimal sekitar 40 meter, penyelaman akan berakhir di sekitar empat meter dengan air di permukaan yang bergejolak menghantam batu. Sebelum mengakhiri penyelaman, pemandu selam biasanya akan menunjukkan keberadaan electric clam di celah dinding karang.
Melissa adalah nama putri Max Ammer. Melissa's Garden terdiri dari tiga pulau kecil yang membentuk segitiga di barat Pulau Batanta, situs ini sebenarnya bernama Batu Burung dan didomimasi koral keras.
Seperti banyak tempat di Raja Ampat, di sini pun banyak ditemui hiu Wobbegong atau walking shark. Sementara di kedalaman enam meter terdapat giant clam sepanjang enam meter yang berwarna cokelat, hijau, dan ungu yang indah, dan diperkirakan telah hidup lebih dari 100 tahun.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum