China menutup jalur pendakian Gunung Everest. Itu untuk menghindari masuknya kasus impor COVID-19 dari negara tetangga, Nepal.
Dikutip dari Channel News Asia, yang melansir Xinhua, Minggu (16/5/2021), penutupan jalur pendakian Gunung Everest lewat sisi utara itu diumumkan dalam pemberitahuan pada Jumat (14/5) dari Administrasi Umum Olahraga China.
Langkah tersebut merupakan bentuk kewaspadaan yang diambil China untuk menangani pandemi Covid-19. Kendati China telah berhasil menekan penularan virus Corona, namun negara tetangga yang juga memiliki jalur pendakian Gunung Everest, Nepal, mengalami lonjakan angka kasus, bahkan menciptakan rekor jumlah infeksi dan kematian karena Covid-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, China sempat memberikan izin kepada 38 pendaki pada 8 Mei 2021. Mereka yang diizinkan mendaki Gunung Everest setinggi 8.849 mdpl tersebut hanya pendaki dari beberapa wilayah di China yang memiliki risiko infeksi Covid-19 rendah dan menunjukkan dokumen kesehatan.
Sementara itu, Nepal memberikan izin kepada 408 pendaki untuk melakukan pendakian di Gunung Everest.
Jalur pendakian Gunung Everest sempat ditutup karena pandemi Corona. Kemudian, dibuka lagi. Mei merupakan cuaca terbaik untuk mendaki Everest.
Tapi setelah dibuka lagi, beberapa pendaki melaporkan dinyatakan positif Covid-19 setelah sampai di base camp Everest.
China sebelumnya mengatakan akan membuat garis pemisah di puncaknya dan melarang orang-orang di sisinya untuk melakukan kontak dengan siapa pun dari jalur pendakian di Nepal. Tidak jelas bagaimana penerapannya di lapangan.
Gambaran gawatnya potensi penularan Corona di Gunung Everest diungkapkan oleh seorang pemandu pendakian, Lukas Furtenbach dari Austria. Dia sampai-sampai membatalkan pendakian Gunung Everest dengan tim yang terdiri lebih dari selusin pendaki dari sisi Nepal karena khawatir muncul klaster baru virus Corona di Everest.
"Kami mengakhiri ekspedisi kami hari ini dengan pertimbangan keselamatan akibat wabah Covid-19," kata Furtenbach.
"Kami tidak akan mengirim pendaki atau Sherpa, mereka berpotensi sakit di ketinggian sana dan mati," dia menambahkan.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol