Wisata vaksin Covid-19 sedang booming belakangan ini. Kemenparekraf pun sadar akan potensi yang terbilang besar itu.
Lalu, pembahasan wisata vaksin Covid-19 diutarakan Menparekraf Sandiaga Uno setelah ada pertanyaan apakah akan ada perubahan piranti hukum untuk kunjungan turis asing ke depan? Lalu, apakah sudah disiapkan aturan baru untuk opening Bali?
"Kami baru saja menerima surat dari duta besar Australia yang baru dan insya Allah segera dijadwalkan pertemuan," kata Sandi dalam temu wartawan mingguan, Rabu (2/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita dalam beberapa waktu ke depan akan membicarakan beberapa isu-isu terkini tentang pariwisata dan ekonomi kreatif juga hubungan bilateral kedua negara," dia menambahkan.
Australia menjadi salah satu negara penyumbang turis asing terbesar bagi Indonesia. Berkaitan dengan Travel Corridor Arrangement (TCA), kata Sandi, kendali utamanya ada di Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.
"Berkaitan peraturan di Kemenkumham maupun revisi dari surat edaran itu akan kita bicarakan tentunya dengan mengutamakan, memprioritaskan pengendalian Covid-19," ujar Sandi.
Lalu, Sandi membahas tentang potensi wisata vaksin Covid-19 yang paket liburannya terbilang terjangkau bagi kalangan menengah atas. Ia juga mengutarakan harapan kepada pelaku wisata agar membuka wisata vaksin Covid-19.
"Ini ada yang menarik karena dalam dua minggu terakhir bersliweran promosi-promosi pariwisata berbasis vaksin, baik di Amerika maupun destinasi-destinasi lainnya dengan harga yang menurut kami cukup terjangkau untuk kalangan menengah ke atas di sini dan menimbulkan banyak perhatian," urai Sandi.
"Kami sendiri mendapatkan satu proposal dari beberapa pelaku pariwisata, mungkin nggak dibuat seperti itu di Indonesia?," dia menambahkan.
"Sehingga, potensi masyarakat kita yang ingin mendapatkan vaksin bisa diarahkan. mungkin ke Bali, Bintan, ke Batam atau destinasi lainnya. Nah, ini sedang kita bicarakan secara detail juga," ujar dia.
Sandi menyebut bahwa potensi wisata vaksin Covid-19 sangat baik. Meski vaksin diberikan secara gratis, namun hal itu bisa dibungkus dengan paket wisata.
"Karena sayang potensi luar biasa masyarakat Indonesia yang ingin medapatkan vaksin harus membayar sekaligus berwisata," kata Sandi.
"Padahal mungkin paket wisata vaksinnya hanya Rp 10-20 juta tapi akhirnya pengeluaran mereka bisa lebih besar. Nah ini yang akan kita diskusikan juga bahwa vaksin itu adalah public goods, diberikan secara gratis, tidak membeda-bedakan ke siapapun, namun bisa dibungkus dalam sebuah paket wisata yang juga akan mendorong pariwisata di beberapa destinasi yang sangat memerlukan kunjungan wisatawan," ujar dia.
"Kita akan update terus soal wisata vaksin Covid-19. Tapi kita tidak ingin ada bocor nih. Wisatawan kita yang tadinya tidak mau berwisata ke mana-mana, maunya ke Indonesia aja, tapi karena ada paket vaksin yang menarik, misalnya ke Amerika kemarin, itu akhirnya mereka berbondong-bondong untuk mengakses kemungkinan mendapat vaksin dan kemudian berwisata," kata Sandi.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol