Komunitas Bonsai Borobudur Oyot, Jawa Tengah menyelenggarakan pameran dan Kontes Bonsai Songo Doyo. Ini pertama kalinya di Magelang.
Pameran ini dilangsungkan dengan semangat dan harapan bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat Covid-19 di kawasan Candi Borobudur. Selain itu, untuk memasyarakatkan seni bonsai di Magelang khususnya kawasan Borobudur sebagai upaya menambah keanekaragaman produk industri pariwisata dalam konteks ekonomi kreatif kerakyatan.
Karena dalam situasi pandemi, peserta dibatasi khusus penggemar bonsai dari wilayah Kabupaten dan Kota Magelang.
Pameran dan Kontes Bonsai Songo Doyo dilangsungkan di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Tuksongo Borobudur yang berlangsung sejak 30 Mei sampai 3 Juni 2021. Adapun bonsai yang dipamerkan sebanyak 286 jenis, meliputi kelas prospek dan lanjutan.
"Ini kali pertama kami membuat acara pameran bonsai. Ke depannya kami berkeinginan ada pem-branding-an," kata Mojo, salah satu panitia Pameran dan Kontes Bonsai Songo Doyo saat ditemui di Balkondes Tuksongo, Borobudur, Rabu (2/6/2021).
Branding tersebut, kata Mojo, pameran bonsai yang dilangsungkan bisa menjadi salah satu destinasi pariwisata. Keunggulannya tentu lokasi yang dekat dengan Candi Borobudur.
"Kami dekat sekali dengan dunia pariwisata. Kami harus belajar memberikan cap khusus untuk acara ini karena bisa menjadi salah satu destinasi pariwisata. Karena, di sini ada nilai edukasinya, kemudian bagaimana bisa melihat alam," tuturnya.
"Yang jelas tempat di sini ini memang mungkin secara spesifik ingin berbicara di Borobudur ada sesuatu yang bisa diangkat tepatnya mungkin kami ada di Tuksongo. Kami harus memulai dari yang terkecil seperti ini kemudian direspons banyak orang, alhamdulillah bisa dikatakan berhasil," dia menambahkan.
"Ini pertama kali peserta pameran dari Kota dan Kabupaten Magelang," dia menegaskan.
Salah satu juri kontes bonsai Songo Doyo, Andritopo, mengatakan perkembangan bonsai di Magelang sejak lima tahun terakhir perkembangannya sangat pesat sekali. Itu tak luput dari peran sosmed yang berkembang sekarang ini.
"Saya melihatnya dari perkembangan seni bonsai Magelang sejak lima tahun terakhir ini sangat pesat didukung oleh perkembangan sosmed. Saya sangat mengapresiasi bahwa banyak sekali keberanian-keberanian dalam membuat konsep berkesenian ini. Ini yang jarang dimiliki oleh teman-teman pebonsai lainnya," ujar Andritopo.
"Harapan saya ke depannya adalah bonsai ini benar-benar bisa menggambarkan sebuah kebudayaan lokalitas kita, baik dari jenis pohon, gaya pohon, aliran pohonnya dan tampilannya. Karena masih banyak sekali alam kita, kebudayaan kita yang belum tereksplorasi melalui seni bonsai ini," ujar dia.
Simak Video "Video Hasan Nasbi soal Stairlift Borobudur: Tidak Ada Paku dan Bor"
(bnl/fem)