Elang Jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa yang eksistensinya tengah terancam. Saat ini aktivitas predator itu terus dipantau dari Sukabumi.
Stasiun pemantauan atau monitoring elang Jawa terdapat di Pusat Konservasi Elang Jawa Cimungkad, Sukabumi. Tempat ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang menjadi habitat bagi elang Jawa.
detikcom sempat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu. Meski tak dapat memantau langsung keberadaan elang Jawa, detikcom beruntung dapat mengunjungi museum elang Jawa dan berbincang dengan salah satu Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) yang bertanggung jawab memantau keberadaan burung tersebut.
"Konservasi dilakukan di sini awalnya karena sejarah ditemukannya elang Jawa oleh M.E.G Bartelsy pada tahun 1924," kata Koordinator PEH Bidang II Sukabumi TNGGP, Andriyatno Sofiyudin.
M.E.G Bartelsy atau lebih dikenal sebagai Bartels merupakan pria berkebangsaan Jerman yang mendedikasikan hidupnya untuk meneliti elang Jawa dan satwa-satwa endemik Indonesia lainnya. Rumah tempat ia tinggal dan meneliti masih berdiri di kawasan tersebut.
Selain tak dapat dilepaskan dari sejarah, faktor lain yang menjadikan Cimungkad sebagai pusat monitoring elang Jawa adalah kelimpahan pakan serta lokasinya yang mudah dijangkau dan dekat dengan permukiman.
Andriyatno mengatakan, pemantauan elang Jawa di Cimungkad ini sudah dilakukan sejak 2015. Saat ini, pemantauan dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun.
"Yang dilakukan saat monitoring itu untuk mengetahui keberadaan satwa baik dari perilaku, habitatnya, satwa prey-nya (yang dimangsa) seperti apa sehingga ke depan pihak pengelola dapat melakukan pengelolaan lebih lanjut," ujarnya.
Lalu selama 5 tahun pemantauan, bagaimana kondisi elang Jawa di TNGGP?
Andriyatno mengungkapkan berdasarkan hasil pemantauan, jumlah elang Jawa di TNGGP terbilang fluktuatif. Pada 2015 jumlahnya berkisar 6 individu, 2016 sebanyak 17 individu, kemudian 2017 adalah 12 individu, 2018 sebanyak 7 individu, lalu 2019 ada 8 individu, dan 2020 terdapat 10 individu.
"Kalau tren populasi dari data base line 2013 bahwa di site monitoring Cimungkad adalah 4 individu. Tapi dengan dinamika perkembangan dari 2015-2020 trennya meningkat," ia mengungkapkan.
Adapun jika data 2015-2016 terlihat tinggi penyebabnya adalah jumlah pemantauan dalam setahun adalah 5 kali. Sedangkan mulai 2017 hingga kini, pemantauan lebih dimaksimalkan dengan hanya 3 kali saja dalam setahun.
Selain melakukan monitoring, PEH dibantu Polisi Kehutanan dan relawan kerap mengedukasi masyarakat seputar elang Jawa. Edukasi diberikan terutama pada anak-anak yang kelak akan menjadi penjaga elang Jawa.
"Salah satu alasan juga kenapa kita melakukan pembuatan Pusat Konservasi Elang Jawa adalah menyadarkan masyarakat bahwa elang Jawa merupakan satwa yang penting di TNGGP. Sehingga kami mengedukasi masyarakat untuk ikut serta menjaga keberadaan elang Jawa jangan sampai terganggu," pungkasnya.
Selanjutnya Elang Jawa Jadi Satwa Langka
Simak Video "Video: Spil Tarif Masuk Gunung Gede Pangrango Terbaru 2024"
(pin/ddn)