Pengaruh aktivitas manusia ke lingkungan Suaka Margasatwa Muara Angke begitu terasa. Ada banjir dan permukiman liar yang sangat mengganggu di sana.
Tak hanya itu, bahkan, permukiman PIK pun mengganggu kawasan dan hewan liar Suaka Margasatwa Muara Angke. Alasannya adalah ketiadaan zona penyangga.
"Tidak hanya permukiman yang ada di bantaran Sungai Angke. Tapi juga Suaka Margasatwa Muara Angke juga mendapat pengaruh dari permukiman PIK-nya ya," kata Nani Rahayu selaku Pengendali Ekosistem Hutan dari BKSDA DKI Jakarta, di lokasi Kamis (3/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena memang tidak ada zona penyangga antara Suaka Margasatwa Muara Angke dan zona permukiman," terang dia.
Nani menyebut bahwa warga yang tinggal di bantaran Kali Angke adalah ilegal. Mereka para nelayan tak ber-KTP Jakarta dan berasal dari Jawa Tengah sampai Banten yang kian hari terus bertambah hingga merembet ke hilir.
Di sisi lain, terkait banjir, pemerintah pusat sudah melakukan survei untuk melakukan pembenahan. Namun, permasalahan di sekitar bantaran Kali Angke di Suaka Margasatwa Muara Angke sudah terlalu rumit.
"Ada wacana dengan Kemenko Marves juga Dinas Sumber Daya Air Jakarta ternyata permasalahan banjir Jakarta adalah area ini trase lebar sungai belum sesuai dengan rencana pengendalian banjir yang sudah disusun oleh Provinsi DKI Jakarta. Dari 70 meter kini menjadi 20 meter saja dan kedalaman sungai hanya 1,5 meter hingga ke muara," terang Nani.
"Upaya mengatasi pengendalian banjir yakni penertiban pemukiman di bantaran sungai, sampah, sedimentasi terlalu tinggi. Kemenko Marves mengatakan harus ada solusi holistik, secara sosial masyarakat harus ditata agar layak kehidupannya," ujar dia.
"Pemprov DKI merencanakan rumah susun tapi memang tidak bisa cepat," kata dia lagi.
Lebih lanjut, beberapa solusi paling riil penanganan banjir bagi Suaka Margasatwa Muara Angke yakni pengelolaan sampah dan pengerukan sungai. Lalu, akan dibuat semacam saluran air hingga fungsi lahan kawasan sebagai pengendali banjir bisa meningkat.
"Dampak permukiman liar ke Suaka Margasatwa Muara Angke cukup signifikan karena ekosistem pesisir juga dipengaruhi hulu juga. Ada banyak faktor antroprogeniknya," terang Nani.
Di sisi lain, kata Nani, karena perubahan kawasan itu, asupan air tawar di Suaka Margasatwa Muara Angke lebih banyak dibanding air asinnya. Padahal untuk yang optimal, komposisi air itu haruslah seimbang," jelasnya menambahkan.
Pihak Suaka Margasatwa Muara Angke akan melakukan penanggulangan dengan melakukan perbaikan hidrologi dengan merevitalisasi inlet air dari laut. Karena sekarang, lokasi itu tertutup oleh sedimen dan pohon nipah juga modifikasi mulut sungai agar sampah tidak masuk ke kawasan.
"Dengan pengerukan itu diharapkan air laut jadi gampang masuk ke dalam kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke," kata Nani.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan