Perjalanan antarkota menjadi lebih bervariasi dengan kombinasi gowes dan berkereta api atau nyepur. Tapi rupanya, tidak semua stasiun kereta api menyediakan tiket go show.
Stasiun Telawah yang masuk wilayah Desa Pilangrejo, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah terlihat lengang, Kamis (27/5) sore itu. Loket penjualan tiket tutup, bahkan pintu masuk ruang tunggu pun masih terkunci. Padahal, jadwal kedatangan Kereta Api (KA) Joglosemarkerto sudah dekat.
"Mohon maaf Pak, stasiun ini memang sudah tidak melayani penjualan tiket langsung sejak awal tahun ini," kata seorang petugas PT KAI ketika saya hendak membeli tiket go-show.
Naasnya, tidak mungkin lagi melakukan pembelian tiket online melalui KAI Acces karena pemesanan melalui aplikasi itu paling lambat satu jam sebelum jadwal keberangkatan kereta api. Otot-otot kaki yang telah mengayuh pedal sepeda lipat sekitar 50 km dari Kudus itu pun terasa lebih pegal seketika.
Mulai 1 Januari 2021, PT KAI hanya melayani penjualan tiket langsung (go-show) di Stasiun Besar dan Stasiun Pemberangkatan KA yang memiliki petugas loket, sebagaimana yang terpampang pada standing banner di pintu masuk stasiun. Sebuah pengumuman yang seharusnya memiliki foot note alias catatan kaki.
Penyebutan Stasiun Besar barangkali mudah dimengerti dalam benak konsumen, bahkan untuk mereka yang awam tentang sepur sekalipun. Stasiun Gambir dan Pasar Senen di Jakarta, Stasiun Tawang dan Poncol Semarang, Stasiun Gubeng dan Pasar Turi Surabaya termasuk dalam kategori tersebut.
Tapi, penyebutan Stasiun Pemberangkatan yang memiliki petugas penjualan tiket, sudah barang tentu adalah domain PT KAI, tidak mudah dikenali oleh pengguna jasa kereta api.
So, mngapa tidak disebutkan saja stasiun mana sajakah yang masih melayani penjualan langsung?
Meskipun masih melayani naik turun penumpang KA Joglosemarkerto (tiga jadwal dalam sehari pada masa pandemi ini), baik menuju Semarang maupun Solo, Stasiun Telawah tidak termasuk yang masih menyelenggarakan service tersebut.
Dengan berat hati, saya pun membuka lagi lipatan sepeda dan bersiap kembali mengayuhnya sembari menghela napas panjang, meneguhkan diri untuk melahap 50 km berikutnya menuju Solo.
Namun ternyata Dewi Fortuna masih memayungi. Petugas yang tadi memberi tahu soal aturan baru itu menghampiri.
"Bapak bisa pesan tiket online dengan titik berangkat dari Stasiun Gundih," ujar dia.
Stasiun Gundih adalah pemberhentian berikutnya dari KA Joglosemarkerto, sekitar setengah jam dari Telawa.
"Lalu?"
"Bapak tetap naik dari stasiun ini saja," paparnya.
"Matursembahnuwun, Pak atas bantuannya," kataku lega.
Sungguh di stasiun mungil warisan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij ini, saya menemukan semangat besar petugas PT KAI dalam melayani pelanggan.
Tabik...
Baca juga: Serunya Bersepeda di Perkebunan Teh Cianten |
***
Dwi Ari Setyadi adalah pehobi sepeda dan bepergian dengan kereta api.
Simak Video "Video: Detik-detik KA Sancaka Dilempar Batu, Penumpang Kena Serpihan Kaca"
(fem/fem)