Pemandu wisata di Taj Mahal, Agra, India bokek berat. Tidak ada turis yang datang ke makam mewah Mumtaz Mahal, istri kaisar Mughal, Shah Jahan itu.
Dikutip dari DW, Rabu (9/6/2021), pemandu wisata Krishna Rathore berjalan-jalan di area Taj Mahal tanpa tujuan pasti. Tidak ada pekerjaan lagi untuknya karena tidak ada turis seperti kemarin dan hari sebelumnya.
Padahal, kasus COVID-19 di India mulai turun setelah gelombang kedua yang mengerikan. India juga sudah melonggarkan lockdown.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya keluar setiap pagi selama beberapa hari terakhir, berharap setidaknya saya bisa memandu turis lokal di sekeliling kompleks dan menghasilkan uang. Tapi, saya pulang dengan kecewa," kata pria berusia 29 tahun itu.
Khrisna adalah warga asli Agra. Dia generasi ketiga pemandu wisata, mengikuti jejak kakek dan ayahnya. Dia memulai profesi itu empat tahun lalu.
Kini, pekerjaannya sama sekali tidak menghasilkan uang. Dia bahkan mulai menimbang untuk banting setir setelah pandemi Covid-19 melumpuhkan industri pariwisata India. Termasuk, Taj Mahal yang masyur itu.
Taj Mahal adalah makam marmer putih abad ke-17 yang menampung makam kaisar Mughal Shah Jahan dan istrinya Mumtaz Mahal. Biasanya, landmark tersebut menarik antara 7 hingga 8 juta pengunjung setiap tahun. Setidaknya, 737.000 turis asing mengunjungi monumen itu pada 2019.
Tetapi selama 15 bulan terakhir, kecuali saat jeda singkat tahun lalu, objek wisata utama India itu ditutup. Akibatnya, sekitar 2.500 pemandu wisata terdaftar kehilangan pekerjaannya.
Banyak pemandu wisata di kota Agra, rumah bagi Taj Mahal, seperti Khrisna, menjalani masa sulit, masa depan mereka penuh tanda tanya.
"Saya telah memutuskan untuk melakukan pekerjaan sampingan di Agra dan terkadang bepergian untuk kerja kontrak. Pekerjaan sebagai pemandu wisata sudah selesai," kata Rafiq, yang telah bekerja sebagai pemandu wisata di Taj Mahal selama tujuh tahun.
Amar Singh Rathore, ketua asosiasi pasar setempat yang juga ayah dari Krishna Rathore, memperkirakan bahwa dibutuhkan setidaknya dua tahun bagi industri pariwisata untuk kembali normal setelah lockdown dicabut.
"Pandemi Corona ini telah menghancurkan industri pariwisata dan mata pencaharian," kata Singh Rathore.
"Tapi kami sama sekali tidak mendapat bantuan keuangan dari pihak berwenang dalam situasi yang tidak normal ini. Pemerintah harus membebaskan setidaknya biaya sewa dan listrik," dia menambahkan.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan