Bukan hanya dompet pemandu wisata yang kolaps, hotel dan pemilik toko di kawasan Taj Mahal, Agra, India juga bokek. Pandemi virus Corona tidak pandang bulu menjatuhkan siapa saja.
Dikutip dari DW, Kamis (10/6/2021), Agra memiliki lebih dari selusin hotel bintang lima dan 400 hotel murah. Industri perhotelan di Agra mempekerjakan sekitar 400.000 orang.
Pemerintah menyebut antara 500.000 dan 700.000 orang secara langsung atau tidak langsung bergantung pada sektor pariwisata di kota tersebut.
Pengelola hotel di Agra berharap besar bantuan pemerintah India. Selain insentif, mereka menyimpan ekspektasi ada terobosan program wisata yang tidak biasa.
"Segmentasi dalam industri pariwisata saling memberi makan dan itulah mengapa harus ada stimulus besar untuk menghidupkan kembali sektor ini," kata Hari Sukumar, wakil presiden Jaypee Palace Hotel.
"Pesta pernikahan di destinasi wisata dan MICE alias Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) adalah salah satu solusi karena menghasilkan pendapatan lumayan," Hari menambahkan.
Bisnis kecil seperti toko kerajinan tangan dan tatahan marmer, serta bengkel kulit di kompleks Taj Mahal yang luas, yang luasnya hampir 17 hektare, itu sangat terpukul oleh penutupan Taj Mahal. Mayoritas dari pedagang souvenir itu tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Kami sangat bergantung pada kedatangan turis. Sekarang, kami berjuang untuk bertahan dan bertanya-tanya berapa lama kesengsaraan ini akan berlangsung," Pradeep Kumar, seorang penjaga toko.
Memang diakui tidak ada skema khusus untuk bantuan kepada para pemilik toko di Taj Mahal.
"Jelas, orang dapat melihat bahwa ekonomi kota terkait erat dengan Taj Mahal. Selain jatah untuk mereka yang membutuhkan, tidak ada skema khusus untuk pemangku kepentingan," kata hakim distrik Agra Prabhu Singh.
"Kami berharap Taj Mahal segera dibuka tetapi itu tergantung pada Survei Arkeologi India (ASI)," Sing menambahkan.
Simak Video "Protes Kelompok Hindu saat Taj Mahal Ramai di Hari Valentine"
(fem/ddn)