Kisah Mistis Gunung Rinjani dan Aturan Tidak Tertulis yang Sebaiknya Dipatuhi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Mistis Gunung Rinjani dan Aturan Tidak Tertulis yang Sebaiknya Dipatuhi

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Sabtu, 12 Jun 2021 06:11 WIB
Gunung Rinjani
Foto: shutterstock
Jakarta -

Gunung Rinjani merupakan salah satu destinasi favorit bagi pendaki. Gunung itu dianggap sakral, ada aturan yang perlu diketahui pendaki juga kisah mistis.

Pesona Gunung Rinjani dengan ketinggian 3726 mdpl itu mengundang para pendaki untuk mencapai puncak dan singgah di Segara Anak-nya yang mempesona. Gunung berapi tertinggi kedua di Tanah Air itu berada di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Gunung Rinjani memiliki enam jalur pendakian, yakni Senaru, Sembalun, Timbanuh, Aik Berik, Torean, dan Tete Batu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi penduduk lokal dan warga Bali, Gunung Rinjani dianggap sakral. Sebagian warga bahkan berdoa dengan langsung datang ke Segara Anak setiap tahun untuk mengucapkan rasa syukur atas air yang melimpah dan tidak pernah kekeringan.

Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) NTB, Mirzoan Ilhamdi, atau kerap disapa Ming, banyak kisah yang menyertai Gunung Rinjani. Termasuk, cerita mistis yang dikisahkan secara turun-temurun.

ADVERTISEMENT

"Memang Gunung Rinjani sangat sakral bagi masyarakat Lombok, bahkan dianggap kalau ke Rinjani, banyak kepercayaan di masyarakat kami, kalau sudah ke Rinjani, itu mereka bilang seperti sudah ke Mekkah buat muslim. Ya, karena memang banyak juga di sana kan para wali," kata Ming dalam percakapan dengan detikTravel.

Para orang tua sampai berpesan agar dia mengingatkan pendaki untuk respek kepada Gunung Rinjani. Caranya tidak sulit,berlaku sopan. Misalnya, tidak boleh ngomong sembarang.

Selain itu, Ming menuturkan, pendaki jangan buang air sembarangan, sebaiknya juga meminta izin saat akan buang air meskipun tidak ada orang yang menjaga.

"Kalau dari pendaki yang kami temukan memang ada yang terpeleset ke jurang setelah dia kencing di balik cemara. Kemudian, katanya seperti ada yang mendorong. Untungnya, dia jatuhnya nggak ke jurang dan hanya tebing tebing beberapa meter, terpeleset ke bawah. Dia bilang sih seperti ada yang mendorong, gitu," kata Ming.

"Karena tradisi di orang tua kita, di buyut itu juga kalau ke Rinjani, katanya harus begitu. Kalau di Rinjani memang itu termasuk tadi, mengucap kata-kata kotor nggak boleh gitu kan, mengucap misalnya mengumpat, terus memanggil nama teman pun nggak boleh di Rinjani," Ming menegaksan.

Makanya, kata Ming, saat memanggil teman harus memakai kode suara. Nanti, temannya akan menyahut dengan suara yang sama. Menurut Ming, jika memanggil nama, ada makhluk yang menyerupai orang dengan nama tersebut.

"Banyak hal seperti itu kan, karena namanya disebut, akhirnya anak yang manggil nama itu kadang dihampiri oleh makhluk yang menyerupai temannya," dia menambahkan.




(elk/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Jangan Asal Naik Gunung
Jangan Asal Naik Gunung
11 Konten
Jangan asal naik gunung mencakup aturan dan larangan mendaki gunung, juga hal-hal yang sebaiknya disiapkan saat mendaki gunung. Selain itu, mengupas kisah-kisah tidak biasa para pendaki gunung.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads