Lima pendaki veteran yang sudah aki-aki menggapai puncak Gunung Kerinci pertengahan pekan lalu. Seperti apa ya pengalaman mereka?
Rombongan pendaki gunung aki-aki itu diisi lima orang pria berusia di atas 48 tahun. Dua di antaranya bahkan sudah berumur 60 tahunan. Mereka berasal dari Purwokerto di Jawa Tengah dan Cirebon, Jawa Barat. Mereka teman lama yang reuni.
Abdul Kadir Usman, salah satu pendaki dalam rombongan itu, menyebut awalnya ingin mendaki Gunung Slamet, namun rencana berubah setelah salah satu teman lamanya mengajak untuk melakukan road trip ke Sumatera. Tujuannya mendaki gunung-gunung di Sumatera, salah satunya Gunung Kerinci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah dua hari perjalanan darat dengan mobil, kami sampai di Kecamatan Kayu Ayo yang berada di lereng Gunung Kerinci. Istirahat semalam, besok paginya kami mendaki Kerinci," ujar Bisir, sapaan karib Abdul Kadir Usman, dalam perbincangan dengan detikTravel.
![]() |
Bisir dkk memulai pendakian pada Selasa (8/6/2021). Bisir menyebut, seperti pendakian pada umumnya, mereka cuma perlu membayar biaya simaksi alias surat izin mendaki dengan biaya Rp 10 ribu per hari per kepala. Untuk menginap semalam di base camp pendakian, biayanya Rp 20 ribu per malam per orang.
Ketimbang jalan kaki dari base camp ke pintu rimba, perbatasan kebun penduduk dan hutan, mereka memilih untuk menumpang pick up. Per orang dikenai biaya Rp 30 ribu.
"Target di hari pertama Gunung Kerinci ini bisa sampai Shelter 1, karena para pendaki dilarang menginap di Pos 1, Pos 2, ataupun Pos 3," ujar pria berusia 58 tahun itu.
Menurut Kadir, yang baru mendaki Gunung Kerinci untuk kali pertama, sejak di base camp sudah diwanti-wanti untuk tidak menginap di Pos 1 sampai Pos3. Sebabnya, kawasan itu merupakan perlintasan harimau Sumatera dan beruang madu.
![]() |
Setelah nanjak seharian, rombongan pendaki veteran itu tiba juga di Shelter 1. Ya, mereka start dari pintu rimba pukul 09.00 dan tiba di Shelter 1 pada jam 17.00.
Keesokan harinya, mereka melanjutkan pendakian lagi hingga di Shelter 3. Jam operasional hari kedua itu sama dengan hari pertama, dimulai sekitar pukul 09.00 dan mencapai cap pukul 17.00.
"Jalurnya sangat berat di hari kedua itu. Sejak Shelter 2 sampai Shelter 3 paling berat, nanjak terus enggak ada datar, enggak ada bonus sama sekali," ujar Bisir.
![]() |
Sudah begitu, Bisir menambahkan, mereka dituntut mengandalkan akar dan dahan yang melintang. Sebab, jalur sudah terlalu dalam dan saat terkena hujan sebentar becek tidak karuan.
"Seperti sawah. Sepatu dan kaus kaki basah kalau salah langkah," dia menjelaskan.
Selain itu, merujuk pengalamannya, pendaki juga harus pandai-pandai melindungi kepala dari dahan. Sebab, risiko kejedot dahan dari pohon tumbang cukup besar.
Sebuah bonus didapatkan Bisir cs setelah sampai di Shelter 3. Air di tempat ini sangat bersih sehingga mereka bisa leluasa mendapatkan tambahan stok air untuk memasak dan minum.
Situasi itu berbeda dengan sumber air di Shelter 1. Airnya kotor, bahkan sudah menjadi layaknya WC umum.
Di Shelter 3 ini, Bisir dkk menginap semalam. Kemudian, keesokan harinya, pada Kamis (10/6) mereka menuju puncak Gunung Kerinci. Kali ini, perjalanan dimulai lebih pagi, sekitar pukul 04.00.
Perbedaan kemampuan fisik membuat mereka terpecah menjadi dua kelompok. Grup 1 sudah sampai di puncak pada pukul 06.00, sedangkan Bisir dan dua rekan lainnya sampai puncak dua jam kemudian.
Setelah menikmati oksigen yang tipis di puncak Gunung Kerinci, Bisir dkk langsung bablas menuju base camp pendakian di desa terakhir di kayu Aro. Rombongan kembali terbagi dua. Rombongan pertama sampai base camp pukul 17.00 sedangkan grup kedua sampai base camp pukul 21.00.
"Gila! Ini pengalaman pertama saya ke Gunung Kerinci dan baru pernah melihat karakter gunung seperti ini. Saat naik, lutut ketemu muka. Sebenarnya tidak cocok untuk pendakian orang tua seperti saya hahaha," ujar Bisir berkelakar.
Halaman selanjutnya ----> Terpikat Keindahan Danau Gunung Tujuh
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol