Piltik Coffee Siborongborong ramai dikunjungi wisatawan di kawasan Danau Toba. Pemiliknya bercerita, kafe ini sebenarnya lahir dari ketidaksengajaan.
Pemilik Piltik Coffee, Vera P. Hutauruk mengungkapkan kepada detikcom asal-usul dibuka kafe yang berkonsep minimalis dan tampak instagramble itu. Semua itu bermula dari suaminya, Edward Tigor Siahaan yang mengajak keluarganya pindah dari Jakarta ke Siborongborong di Tapanuli Utara.
Edward merupakan seorang fotografer senior yang telah memotret sejak 1985. Sementara itu, Vera merupakan wanita karir yang pernah bekerja sebagai public relation di Hotel Mandarin Oriental Jakarta dan money broker di Salim Group.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidup mapan di Jakarta rupanya tak lantas membuat mereka terlena. Edward ingin hidupnya lebih bermanfaat dengan memajukan kampung halamannya. Kemudian, mereka pun menetap di kampung mulai 2013.
"Kami putuskan untuk menetap karena sangat nikmat. Dua tahun pertama, kami melakukan kegiatan yang kami suka," kenang Vera.
![]() |
Sembari sang suami bergelut di bidang fotografi, Vera memutuskan untuk mengajar anak-anak desa. Ia menjadi guru ekstrakulikuler bahasa Inggris di sekolah formal dan mendirikan rumah belajar bahasa Inggris bernama Let's Speak English pada 2014.
Selagi mengajar, Vera juga aktif menerima kunjungan mahasiswa asing untuk aksi volunteering. Itulah asal-muasal ia kemudian mendirikan homestay dan kafe Piltik Coffee.
"Awalnya buka Piltik Homestay untuk menampung mahasiswa dari luar negeri seperi Jerman, Inggris, Republik Ceko. Setelah mereka menginap, kan nggak mungkin saya menyediakan sendiri makan dan minumnya. Itulah kita mulai buka coffee shop," tuturnya.
![]() |
Mulanya, Vera hanya menjual kopi siborongborong yang diseduh dengan manual brew. Sampai akhirnya kopinya kian terkenal di kalangan Batak diaspora dan masyarakat umum. Setelah itu, ia mulai mengembangkan kafenya dengan menambahkan menu makanan seperti nasi goreng andaliman, ikan toba, hingga aneka kue.
Dengan adanya Piltik Coffee ini, kegiatan pengabdian keluarga Vera justru makin luas. Ia merekrut pemuda-pemudi desa untuk dididik dan dipekerjakan di kafenya.
"Tujuan kami sebetulnya ingin menginspirasi anak-anak muda untuk melakukan sesuatu dan kalau kamu tekun, kamu bisa," katanya.
"Latar belakang anak-anak ini beragam. Ada yang tidak sekolah, ada yang lulus SMA, SMK, ada yang mengaku sudah kuliah juga. Tapi apapun itu, kalau dia belum pernah bekerja di usaha sejenis, harus mulai belajar dari nol," ujarnya.
![]() |
Berkat didikannya ini, saat ini Piltik Coffee mampu mempekerjakan 21 orang karyawan yang semuanya adalah warga lokal. Vera berharap, langkah yang ia lakukan ini dapat membantu mempersiapkan sumber daya manusia di kawasan Danau Toba yang masuk dalam Destinasi Super Prioritas.
"Sebetulnya ini institusi pendidikan untuk anak-anak desa karena kita rekrut semua anak desa. Masyarakat Danau Toba tidak bisa seketika berubah, itu perlu pendidik. Selain menyiapkan lahan, bangunan, SDM juga harus disiapkan. Karena SDM ini cukup lama tapi kalau sabar dan terus dididik pasti jadi," kata dia.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!